Macam-Macam Baju Muslim Pria (Baju Koko) di Indonesia

Sunday, August 26, 2018

baju muslim pria

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum w.w.

Hai temans,
Beberapa hari yang lalu, umat muslim merayakan Hari Raya besar kedua setelah Hari Raya Iedul Fitri. Yes, kita merayakan Hari Raya Iedul Adha. Hari Raya dimana Allah melihat keikhlasan hambaNya untuk berbagi daging kurban sesuai syariat Islam.

Kali ini saya tidak akan membahas tentang hewan kurban. Dan saya juga tidak akan membahas kuliner khas lebaran, karena sebelumnya saya pernah bahas tentang sayur babanci, sebagai makanan khas orang Betawi di Hari Raya. Kini saatnya saya membahas tentang baju muslim, khususnya baju muslim pria atau Baju Koko.

Read More

Workshop Food Photography dengan Smartphone

Saturday, August 25, 2018


Bismillahirramanirrahiim
Assalamu’alaikum w.w.

Setiap kali saya datang ke acara blogger gathering, saya melihat teman-teman sudah sibuk menggantungkan kamera dilehernya. Mereka sudah layaknya wartawan profesional, jeprat jepret saat acara. Sedangkan saya? Hmm..

Yes, saya masih menggunakan smartphone sebagai media dokumentasi saya. Bukan saya nggak punya kamera digital, di rumah ada kok kamera. Entah kenapa, saya masih merasa nyaman menggunakan smartphone. Makanya saya selalu berusaha mencari pelatihan-pelatihan food photography dengan menggunakan smartphone.

Alhamdulillah saya dapat undangan dari Food ID untuk mengikuti pelatihan CAPTURING GOOD PHOTOS WITH SMARTPHONE. Wah kebetulan banget nih yang difokuskan oleh Food ID adalah pelatihan mengambil gambar makanan. Saya pun langsung tanpa ba bi bu menyetujui untuk ikut pelatihan tersebut.

Kehebohan Sebelum Workshop Food Photography

Saya sedikit berlari tegesa-gesa memasuki gedung Pasific century place (PCP) di daerah Sudirman, karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.10. Ini bukan efek saya bangun kesiangan, melainkan saya diajak tamasya oleh driver ojek online.

“Jangan lupa besok acaranya jam 10 ya, Mba” chat Mas Ricky, dari Food ID di whatsapp pribadi saya. Saya memang membiasakan diri untuk berangkat 2 jam sebelum acara dimulai. Walaupun teman-teman ada yang komentar “kepagian”, buat saya nggak masalah, daripada telat.

Jika saya datang lebih awal saya bisa beradaptasi dengan tempat acara dan agak lebih santai. Namun siapa yang menyangka saya dapat kejadian seperti ini. Saya sudah tiba di stasiun Sudirman jam 9.00. Menurut tarif aplikasi transportasi online, dari stasiun Sudirman harganya lebih murah. Itu berarti jarak lebih dekat. Makanya saya memilih turun di stasiun Sudirman.

Begitu ojek oline pesanan saya tiba, driver ojolnya langsung bertanya, “Ibu tau tempatnya?”
“Nggak, Bang, Abang tahu kan?” Saya balik bertanya.
“Nggak, Bu. Kita pakai map saja ya. Bu” saran dari Pak driver yang langsung saya iyakan. Saya pun membuka google map juga buat memastikan. Namun, drivernya jalan semau dia aja. Saya bilang belok kanan, sesuai map, dia bilang lurus. Saya bilang lurus, dia ngeyel ke kanan. Jadilah saya diajak bertamasya ria keliling jalan protokol.

Sudah feeling bakalan telat saya langsung whatsapp Mas Ricky 10 menit sebelum acara. Alhamdulillah, Mas Ricky bilang belum mulai, masih nunggu yang lain.

Setibanya saya di gedung PSP, masalah datang lagi. Saya dipandu untuk ke resipsionis menukarkan KTP dengan kartu visitor. Fungsi kartu visitor selain sebagai tanda pengenal, digunakan juga untuk mentap pintu masuk ke dalam gedung tujuan. Kebetulan saya ke lantai 29.

Saya pikir liftnya sama dengan gedung-gedung di mal-mal gitu. Yang kalau kita masuk ada nomor lantai yang dituju. Begitu saya masuk lift, saya kebingungan. Karena nggak ada tombol nomor satupun. Dan di dinding pintu lift juga nggak ada lampu indikator yang bertuliskan angka lantai yang dicapai lift.

Asli saya seperti orang norak yang kebingungan mencari lampu indikator lantai lift. Sedang bingung mencari, tiba-tiba pintu lift terbuka. Dan disitulah saya baru melihat lampu indikator lantai lift. Dia disis yang terjepit oleh lift. Pantes saja saya ga lihat.

Saya lihat angka yang ditulis hanya sampai angka 20. “lah, saya lantai 29. Trus 9 lantai saya harus naik tangga?”
Akhirnya saya beranikan diri bertanya kepada mas-mas yang turun dilaintai 20.
“Mas, ini Cuma sampai lantai 20 ya?”
“Memang ibu mau ke lantai berapa?”
“29”
“Loh, ini lampu indikatornya cuma sampai lantai 20, Bu. Ibu tadi nggak ngetap kartu ibu ya?”
Tanya mas-mas yang saya lupa nanya namanya itu, seraya menunjuk kartu visitor saya. Saya hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan tersebut.
“Ooo.. ibu turun lagi ikut lift ini, lalu ibu tap dulu kartunya di depan pintu lif. Nanti ibu naik liftnya sesuai dengan huruf yang tertera di layar tap kartu ibu.”
Oalaaah.. dah kayak di hotel-hotel ya.

Ok, sah deh saya telat hari itu, karena ketidaktahuan saya dengan kondisi tempat pelatihan.

Workshop Food Photography

Setibanya di lantai 29, saya tidak langsung disambut sama Mas Ricky. Saya harus registrasi dulu dengan cara digital. Saya registrasi dengan menggunakan tablet.

Selepas registrasi, saya baru disambut oleh Mas Ricky dan dipandu ke ruangan meeting. Rupanya disana sudah banyak mbak-mbak blogger cantik yang menunggu. Dan yang telat bukan saya saja, masih ada 3 orang lagi yang telat.

Acara pelatihan pun dimulai. Mas Bona sebagai instrukturnya mulai memaparkan materi pelatihan. Mas Bona ini adalah photographernya Food ID untuk makanan. Beliau bilang, memang ada beberapa foto beliau yang menggunakan kamera, namun beliau lebih banyak menggunakan smartphone. Karena kadang banyak moment-moment yang harus dia foto disaat ia tidak membawa kamera.

workshop food photography
Mas Bona intruktur workshop

Mas Bona menyampaikan bahwa pada dasarnya food photography ini cukup mempelajari 4 hal. Apa saja 4 hal itu? Yuk, kita kupas
Read More

Cara Menjaga Psikis Anak bersama Halodoc

Wednesday, August 8, 2018

Halodoc

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum w.w.

“Ummi nggak ngerti sih perasaan aku gimana?”
Kalimat itu seringkali dilontarkan oleh Abang Fi, jikala ia mengadu tentang teman-teman yang membullynya secara verbal. Sementara Abang Fi bukan type yang berani melawan teman-temannya. Ada 1 hal yang paling ditakuti, jika ia melakukan perlawanan kepada teman-temannya, yaitu kehilangan teman. Duh..

Segala dukungan moril dan nasehat sudah saya berikan kepadanya, tapi tetap saja ada ketakutan dia sama teman-temannya yang suka bicara nggak ngenakin versi Abang Fi. Rasanya saya ingin sekali menghadiri seminar parenting yang membahas masalah psikis anak.

Kebanyakan seminar atau workshop parenting yang saya ikuti itu membahas tentang gizi dan tumbuh kembang anak. Seminar parenting masalah psikis anak hanya saya dapat disaat saya menjadi guru. Dan itu sudah 4 tahun yang lalu. Rindu saya dapat nutrisi parenting soal psikis anak datang kembali.

Masya Allaaah... pucuk dicinta ulam tiba... saya dapat undangan dari Mom Blogger Communitty (MBC) untuk menghadiri acara Halodoc Blogger Gathering yang bertajuk Tips Menjaga Psikis Anak Sejak Dini.

Read More

#MumToMum Platform digital dari Anmum solusi kegelisahan yang dihadapi oleh Ibu hamil dan menyusui


Bimillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum w.w.

Saya ingat betul dulu waktu pertama kali mempunyai Abang Fi itu drama banget. Di tahun 2006, informasi tidak semudah seperti saat ini. Internet belum sebegitu familiar seperti sekarang. Jadi disaat baru melahirkan, saya sempat panik. Air susu saya tidak keluar. Tapi waktu itu saya tetap menyusui. Saya pede saja kalau air susu saya keluar lancar.

Namun, kepedan saya itu salah banget. Abang Fi sih memang terlihat menghisap terus, tapi begitu pertama kali setelah lahiran, billurubin Abang Fi tinggi hingga 18. Padahal normalnya itu dibawah 10.

Begitu melihat hasil lab, dokter Sony, dokter anak Abang Fi waktu itu, menyarankan untuk merawat inap Abang Fi. Huhuhuhu.. saya langsung nangis bombay. Bagaimana tidak, anak yang 4 tahun lamanya dinanti, baru lahir langsung rawat inap.

Baca juga : cara untuk mendapatkan keturunan

Udah gitu rawat inap anak yang terkena billurubin bukan seperti rawat inap biasa. Harus masuk ruang khusus bayi dan masuk inkubator yang memiliki double blue light. Itu berarti saya tidak bisa menemani Abang Fi selama di rumah sakit.

Diagnosa dokter yang membuat Abang Fi terkena billurubin tinggi salah satunya adalah kurang minum. Untungnya lingkungan saya tidak menyalahkan saya abcdef tentang ASI. Malah suami ikut menyakinkan dan menguatkan saya bahwa ASI saya banyak kok, “Kalau nggak percaya yuk kita pompa untuk membuktikan.” Begitu saran beliau.

Saya pun memompa ASI saya, karena suster yang jaga menyarankan untuk memompa dan menyetor setiap hari hasil asi yang dipompa. Ketika di pompa saya hanya mendapatkan 60ml untuk 1 payudara.

Lagi-lagi saya sedih, karena saat itu saya merasa dapat dikit sekali. Walau suami sudah menguatkan, “Loh, ini ada kaan? Apa yang disedihkan lagi?” Tapi tetap saja saya sedih. Hingga akhirnya ada kakak ipar saya yang menginap saat itu mengatakan, “Adee.. ini banyak loooh. Waktu Mba Arum dipompa hanya mentok 10ml. Sudah nggak usah sedih. Nanti kalau sedih ASInya justru jadi berkurang.”

Mendengar ucapan kakak ipar saya, saya jadi optimis lagi untuk memompa ASI sebanyak-banyaknya. ASI yang saya pompa, saya antar ke rumah sakit 2x sehari. Bersyukur rumah sakitnya dekat, jadi saya bisa bolak balik kesana semau-maunya saya. Alhamdulillah nggak pakai lama nginap di rumah sakitnya, Abang Fi sudah dinyatakn sehat.

Beda lagi dengan cerita Adek Fi. Ilmu menyusui sudah banyak saya dapat. Percaya diri saya tinggi. Saya nggak peduli dengan omongan orang yang abcdef tentang susu. Jarak 10 tahun, cukup bagi saya untuk mendapatkan ilmu tentang anak. Ditambah pengalaman dari mengasuh Abang Fi selama 10 tahun itu.

Drama ASI justru terjadi pada teman sekamar saya. Suster meminta permohonan ijin dengan memberikan surat pernyataan untuk mengkonsumsi susu formula pada adek bayi. Karena adek bayinya sepanjang di ruang bayi tidak bab atau bak sama sekali. Itupun saya tahu dari suster yang membantu mengasuh Adek Fi di ruang perawatan bayi. Menurut suster Adek Fi, indikasi ASI keluar dan diminum bayi bisa dilihat sepanjang di ruang bayi ada bab dan bak. Alhamdulillah Adek Fi lancar proses bab dan bak-nya.

Read More

Review Colour To Life Faber Castell, Melatih Konsentrasi dan Fokus Anak

Tuesday, August 7, 2018

colour to life faber castell

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum w.w.

Di era sekarang ini banyak sekali kita temui anak-anak yang memiliki konsentrasi belajar yang rendah. Abang Fi termasuk salah satu diantaranya.

Saya ingat betul, bagaimana kecewanya saya saat mengetahui bahwa anak saya rendah konsentrasi dalam belajar. Sehingga ia dinyatakan tidak lulus untuk masuk ke salah satu SDIT di Depok. SDIT tersebut memang menggunakan test masuk hanya dengan test psikologi.

Yang membuat saya kecewa, orang lain beranggapan anak saya bodoh karena tidak lulus test. Anak yang rendah konsentrasi dalam belajar bukan berarti anak yang bodoh. Itu terbukti hasil test akademik di 2 sekolah dasar lainnya memberikan angka 90 untuk Abang Fi. Tapi memang hasil test psikologinya Abang Fi dinyatakan rendah konsentrasi, sehingga kurang fokus.

Bersyukur Abang Fi diterima di SDIT yang memberi kesempatan bagi anak yang memiliki masalah seperti Abang Fi. Saya ingat betul bagaimana bu guru yang memberikan hasil test tersebut mengatakan, “Bu, kita tidak bisa menjudge anak bodoh hanya dalam 1 hari test psikologi saja. Bisa jadi Ananda (Abang Fi) konsentrasi rendah karena dia stress atau grogi saat menghadapi ujian. Anak ibu nilai akademiknya bagus, berarti masih bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Yang terpenting, di rumah ibu membantu melatih konsentrasi anak Ibu. Biar kita bekerja sama mendidik ananda.”

Ya Allah, kalimat itu membesarkan hati saya yang down saat itu. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu alasan saya resign menjadi guru. Saya mau fokus melatih konsentrasi belajar anak saya.

Saya langsung cari tau psikolog yang memberi test Abang Fi saat itu. Saya menanyakan kegiatan apa yang harus saya lakukan terhadap anak saya. Psikolog yang memberi hasil test psikotes fikri menyatakan bahwa salah satu terapi agar anak fokus adalah dengan mewarnai. Hmm..

Read More