
"Lepaskan tanganku!"
"Jangan pergi!"
"Mas, aku mohon."
"Winda, aku mencintaimu."
****
Empat bulan sebelumnya
Dengan langkah gontai Winda berjalan. Airmatanya mengalir deras membasahi pipi. Dihatinya seolah berteriak kuat, "Tuhan, tak bisa kah aku menjadi apa yang aku inginkan? haruskah aku melewati semua beban ini?"
Tanpa ia sadari tubuhnya menabrak seseorang dan menjatuhkan tas yang dibawanya, sehingga semua isinya keluar. Dengan gundah yang berkecamuk didadanya, ia berusaha membereskan kembali barang-barangnya yang terjatuh.
"Maaf, Mbak. Saya tidak melihat." ujar orang tersebut.
"Tak apa. Sayalah yang berjalan tanpa melihat sekeliling saya."
"Biar saya bantu!" orang tersebut membantu membereskan barang-barang Winda dan memasukkan kembali ke dalam tas Winda.
"Terima kasih, Mas!"
"Sama-sama, Mbak. Sekali lagi saya minta maaf. Nama saya Bram." ucap pria tersebut sambil menjulurkan tangannya. "Loh? kamu?" mulut Winda seketika membisu saat melihat pria yang menabrak dan membantunya itu. Wajah pria dihadapannya pun berubah pucat pasi. Kaki pria tersebut seketika melemas. "Ya Tuhan, beban apalagi yang harus ku tanggung kini?" batin mereka berdua.
****