Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Perempuan akan Sumber Pangan dari Hutan di Acara Forest Cuisine Blogger Gathering.

Wednesday, March 4, 2020

Menjadi peserta yang masuk dalam 30 finalis lomba blog sumber pangan dari hutan adalah suatu kebanggan yang luar biasa. Bagaimana tidak? Dari 234 tulisan yang masuk, tulisan saya terselip di 30 peserta terpilih. Padahal saya sempat jiper membaca tulisan peserta lainnya. Ke 30 orang tersebut, diundang oleh WALHI dan Blogger Perempuan untuk menghadiri acara Forest Cuisine Blogger Gathering. Diacara inilah saya mendapatkan banyak ilmu bagaimana kita harus menjaga kelestarian hutan untuk ketahanan sumber pangan dari hutan. So, baca cerita lengkapnya ya!

sumber pangan dari hutan

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum w.w.

Di pagi yang cerah, tepatnya pukul 08.00, saya sudah berpamitan dengan Adek Fi untuk pergi ke Almond Zucchini di Kebayoran. Yes, pagi itu saya diundang Blogger Perempuan dan WALHI untuk menghadiri acara Forest Cuisine Blogger Gathering, yang bertajuk menjaga ketahanan sumber pangan dari hutan.

Dengan menggunakan ojol saya berangkat ke jl. Brawijaya no 6a, lokasi Almond Zucchini berada. Begitu tiba di lokasi, tempat masih kosong. Hanya ada 2 orang perempuan yang duduk manis di dekat layar slide. Mereka adalah Mba Efa Butar-Butar dan Ibu Ina Tanaya, blogger terpilih dalam 30 finalis lomba blog sumber pangan dari hutan.

Beberapa menit kemudian para blogger terpilih datang satu per satu. Wah yang terpilih blogger perempuan semua nih. Sebab yang berdatangan itu para perempuan. Ee.. ternyata saya salah. Diantara banyaknya perempuan, terselip 2 orang blogger laki-laki, yaitu Pak Tur dan Mas Taumi. Iya memang Blogger Perempuan yang mengadakan lomba blog tersebut, tapi lomba blog sumber pangan dari hutan ini dibuka untuk umum. Jadi wajar kalau ada peserta laki-lakinya.

Tepat pukul 10.00, dengan suara renyah dari Mba Ocha (MC acara Forest Cuisine Blogger Gathering) acara pun dibuka. Pembukaan acara dimulai dengan ice breaking. "Biar semangat," kata Mba Ocha, yang juga memberikan instruksi ice breakingnya.

mc acara sumber pangan dari hutan
Mba Ocha Mc acara forest cuisine sumber pangan dari hutan

Kami para blogger diminta menjawab 'Ha' jika Mba Ocah bilang Madu. Bilang 'Hi' untuk kata Talas yang Mba Ocha sebut dan terakhir bilang 'Ho' untuk kata rotan. Lucu dan memang membuat kita segar dan semangat. Saya saja sampai belibet nyebutnya. ^_^

Selesai ice breaking, Mba Ocha pun bagi-bagi hadiah dengan mengadakan kuis. Ada 3 pertanyaan yang diajukan oleh Mba Ocha. Alhamdulillah saya kebagian 1 untuk menjawab. Walaupun jawabnya juga ada yang lupa. Iya, saya disuruh menyebutkan 3 sumber pangan dari hutan. Mba Ocha kasih clue, yaitu nama 3 benda yang disebut saat ice breaking. Saya ingat cuma 2 Madu dan Talas. Yang rotan cuma ingat Ho nya saja.. hahaha.. apes deh. Tapi emang rejeki saya kali ya, ada yang nyeletuk "rotan", maka saya spontan nyebut rotan. Dan ternyata benar. Alhamdulillah dapat hadiah kopi, kunyit putih kering, dan tepung serbaguna yang dikemas dalam tas produksi WALHI. Yeeey..


hadiah kuis berupa hasil olahan sumber pangan dari hutan
isi hadiah kuis berupa hasil olahan sumber pangan dari hutan
Dua pertanyaan lainnya berhasil dijawab oleh Mba Fika dan Pak Tur. Kami dapat hadiah yang sama.

pemenang kuis acara sumber pangan dari hutan
pemenang kuis acara sumber pangan dari hutan

Peran WALHI untuk Sumber Pangan dari Hutan

Selesai kuis, Mba Ocha mulai memanggil nara sumber acara tersebut. Mereka adalah :

  • Ibu Khalisa Khalid (Perwakilan Eksekutif Nasional WALHI)
  • Ibu Tresna Usman Kamaruddin, Amd (WALHI CHAMPION dari di Kelurahan Sakuli, Kolaka, Sulawesi Tenggara)
  • Ibu Sri Hartati (WALHI CHAMPION dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat)
  • Mba Windy Iwandi @fooddirectory (Selebgram dan food blogger)


nara sumber dari walhi dan selebgram bicara sumber pangan dari hutan
nara sumber forest cuisine sumber pangan dari hutan
(kika : Ibu Tati, Ibu Alin, Ibu Tresna, Mba Windy)
"Disini saya akan memberikan makna hutan yang sebenarnya." Ibu Alin, panggilan akrab dari Ibu Khalisa Khalid, mencetuskan kalimat pembuka saat diberikan kesempatan sebagai pembicara yang pertama.

Menurut Ibu Alin, yang dimaksud hutan sebenarnya adalah sebuah lahan atau tempat dimana terdapat pohon-pohon rindang yang tumbuh dengan sendirinya, ada hewan-hewan liar dan juga manusia adat. Keragaman mahluk hidup itulah yang menjadi ciri khas hutan. Jadi kalau pohon ditebang, lalu ditanam satu jenis tanaman tidak bisa dibilang hutan. Seperti kelapa sawit. Lahan kelapa sawit tidak bisa dibilang hutan sawit, lebih cocok sebutannya adalah perkebunan sawit.

Allah menciptakan beragam sifat dan jenis mahluk hidup di dunia ini tentunya karena Allah maha tahu kita hidup itu saling membutuhkan. Begitupun dengan hutan. Keragaman inilah yang bisa membuat ekosistem di hutan itu hidup.

Itu sebabnya Ibu Alin, menyampaikan bahwa salah satu fungsi utama WALHI yang dijalankan adalah menjaga keberlangsungan ekosistem hutan agar tetap hidup secara alami. Menjaga rimba terakhir Indonesia.

Awalnya hutan Indonesia termasuk 3 terbesar di dunia setelah Kongo dan Brazil. Namun sejak tahun 2012 keberadaannya perlahan mulai terkikis dengan adanya pembakaran (walaupun beberapa bilangnya 'kebakaran') hutan untuk kepentingan industri dan pembangunan. Salah satunya industri kelapa sawit. Kini Indonesia hanya masuk kedalam urutan ke 9 sebagai negara dengan luas hutan terbesar di dunia. Luas hutan Indonesia kita tinggal 884,950 hektar. (data from Wikipedia)

Untuk mempertahankan keberadaan hutan ini, WALHI membuat program WALHI Champion, yaitu penghargaan bagi orang-orang yang sukses memberikan kontribusi nyata dalam melestarikan hutan di daerahnya masing-masing. Para WALHI Champion ini bisa disebut pejuang rimba terakhir untuk Indonesia.

Kearifan Lokal dan Sumber Pangan dari Hutan

WALHI menggunakan hastag #RimbaTerakhir untuk kampanyenya kali ini, karena pada hutan-hutan yang masih virgin terdapat kearifan lokal yang bisa memproduksi produk-produk dengan bahan alami sumber pangan dari hutan.

Seperti cerita Ibu Alin yang pergi ke dusun Silit di Kalimantan. Dusun tersebut ada di rimba terkahir, dimana hutan sekelilingnya sudah habis rata dan tergantikan oleh kebun kelapa sawit. Disana beliau melihat komunitas perempuan yang berjuang memepertahankan keberadaan hutan untuk menjaga pangan keluarga dari hutan tersebut. Seperti penduduk kampung Calobak yang saya tulis itu yaa.

Buat yang belum baca tulisan saya tentang kearifan lokal sumber pangan dari hutan, bisa dibaca ditulisan saya ini : Manfaat Daun Pohpohan

Perjuangan dalam menjaga ketahanan pangan dari hutan itu disampaikan juga oleh Ibu Tresna, sebagai WALHI Champion Kelurahan Sakuli, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Beliau tergerak hatinya begitu melihat pohon-pohon sagu yang tertanam di kampung halamannya mulai terkikis. Satu hal yang sangat disayangkan. Bagi rakyat Sulawesi, sagu itu banyak digunakan untuk membuat makanan khas Sulawesi. Salah satunya yang kita kenal adalah papeda. Papeda makanan khas Sulawesi juga toh? saya pikir dari Maluku.

papeda sumber pangan dari hutan
papeda makanan dari sagu sumber pangan dari hutan (photo by backpacker Jakarta)

Selain papeda, ada cemilan khas Sulawesi yang menjadi favorite Ibu Tresna, yaitu Cako Cako. Cako Cako ini berupa cemilan yang terbuat dari sagu. Sagu digoreng dengan gula hingga renyah, lalu dibungkus oleh kertas. Mungkin kalau orang Betawi bilangnya sagon kali yaa. Itu makanan saya sejak kecil tuh. Kalau makan sagon, nggak boleh sambil ngomong. Bisa bertaburan sagonnya. Hahaha..

Cemilan ini sudah tidak mudah ditemukan lagi oleh Ibu Tresna ataupun masyarakat di kampung halamannya. Saya coba searching Cako Cako cemilan khas Sulawesi, dan memang tidak ada referensi gambar atau tulisannya dari google. Berarti benar yang Ibu Tresna bilang bahwa makanan favorite dia saat kecil sudah mulai punah. Dan pastinya akan makin punah dengan banyaknya pohon sagu yang ditebang.

Hal-hal seperti inilah yang beliau gerakan untuk tetap melestarikan makanan-makanan khas tradisional yang makin punah. Beliau berusaha menjaga kearifan lokal pangan dari hutan di daerah asalnya. Dan sekarang berusaha memproduksi lagi Cako cako di daerahnya.

Baca juga : 3 Cemilan Khas Betawi

Aksi nyata yang Ibu Tresna lakukan adalah membuat program menanam pohon yang mempunyai kearifan lokal, yaitu pohon sagu. Beliau mengajak para pemuda di Sulawesi bersama-sama menjalankan program tersebut.

Selain sagu, Ibu Tresna mengajak perempuan-perempuan di daerah tanah kelahirannya untuk menanam tanaman tumpang sari di hutan. Tanaman yang ia kelola bersama para perempuan di daerah asalnya adalah cengkih, sereh, jahe, lada, dll.

hasil produksi sumber pangan dari hutan walhi sulteng
Hasil produksi WALHI Sulteng

Semua itu ia usahakan budi dayanya tetap terus ada untuk kebutuhan pangan obat bagi orang-orang yang membutuhkannya. Seperti halnya Ibu Tresna, yang juga seorang survival kanker, merasa bahwa pangan dari hutan itu sangat membantu ketahanan tubuhnya akan penyakit tersebut. Beliau merasa semakin membaik dengan cara mengkonsumsi sumber pangan langsung dari hutan.

Namun yang namanya rencana suatu program tidak selamanya berjalan mulus, program yang beliau jalani pun memiliki kendala. Ada 2 kendala yang dihadapi oleh Ibu tresna, yaitu :

1. Pemasaran produk sumber pangan dari hutan.

Sudah banyak produk yang dihasilkan oleh penduduk setempat yang berasal dari sumber pangan hutan. Namun produk tersebut masih terkendala pemasarannya.

2. Akses menuju lokasi produksi sumber pangan dari hutan.

Selain pemasaran beliau juga merasakan akses untuk mencapai lokasi produksi sangatlah sulit. Padahal masyarakat sekitar sudah sangat antusian dan rajin dalam memproduksi produk-produk pangan dari hutan.

Pemberdayaan Perempuan dalam Ketahanan Sumber Pangan dari Hutan

Program WALHI dalam mempertahankan rimba terakhir ini memanfaatkan kekuatan perempuan dalam pengelolaan pangan yang sumbernya dari hutan. Perempuan-perempuan yang tinggal disekitar hutan banyak mengelola pangan-pangan yang bisa diproduksi dan dikonsumsi bukan hanya penduduk setempat, namun juga masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Termasuk pemberian informasi tentang melestarikan hutan juga memberdayakan kekuatan perempuan, yaitu bekerjasama dengan Blogger Perempuan dimana wadah bagi perempuan-perempuan yang mempuyai kekuatan untuk menyebarkan informasi dalam bentuk tulisan di media sosial.

Pada acara Forest Cuisine Blogger Gathering kemarin, WALHI menghadirkan Ibu Sri Hartati (dipanggil akrab dengan nama Ibu Tati) sebagai WALHI Champion dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ibu Tati ini bersama teman-teman di desanya berhasil mengelola buah pala menjadi minuman segar, selai dan sirup yang juga bisa dikomsusi siapa pun.

Datang dengan menggunakan pakaian adat Sumatera Barat, Ibu Tati sebagai bunda kanduang yang terpilih dalam WALHI Champion, menceritakan asal mula ia bersama perempuan lainnya mengelola buah pala tersebut.

Awalnya penduduk setempat hanya memanfaatkan biji palanya saja yang digunakan untuk membuat rendang biji pala. Buah palanya dibuang begitu saja. Setelah datang beberapa perwakilan WALHI, mereka dapat ilmu baru dalam mengelola buah pala tersebut.

Buah pala yang semula menjadi limbah, kini malah menjadi bahan untuk mengembangkan ekonomi kreatif bagi perempuan di tempat asal Ibu Tati. Kalau kata Ibu Tati, “Menambah uang saku.” Iiihh.. keren banget kaan.

sirup buah pala hasil olahan sumber pangan dari hutan
sirup buah pala sumber pangan dari hutan
Awalnya ada 103 perempuan yang siap mengelola buah pala tersebut, namun lagi-lagi mereka terbentur masalah dalam usahanya. Masalah di Sumatera Barat kali ini adalah soal modal. Dalam membuat sirup buah pala itu mereka harus punya modal yang dipakai membeli gula dan bahan-bahan pendukung lainnya. Berhubung modal usahanya hasil patungan bersama, kini jumlah perempuan yang mengelola buah pala tinggal 66 orang.

Baca juga : Bincang seru tentang pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender

Padahal sirup buah pala mereka itu sudah menggapai juara 1 se Kabupaten, sekarang sedang proses untuk ditandingkan lagi ke propinsi. Dari prestasi yang mereka raih itu, sirup buah pala mereka pun sudah mulai digunakan sebagai minuman welcome drink di hotel Bumi Minang, hotel bintang 4 di pesisir Sumatera Barat. Semoga semakin banyak hotel berbintang dan juga dukungan pemerintah yang turut membantu pengelolaan pangan dari hutan ini, agar terus bisa menjaga kelestarian dan perekonomian rakyat sekitar hutan.

Pengolahan Sumber Pangan dari Hutan

Selesai bincang-bincang dengan para WALHI Champion, kami (30 finalis lomba blog sumber pangan dari hutan) diajak ke dapur Almond Zucchini untuk mengikuti cooking class bersama Chef William Gozali dan Mba Windy Iwandi.

chef wilgoz mengolah sumber pangan dari hutan
Chef Willgoz mengolah sumber pangan dari hutan

Sebelum acara masak memasak, Mba Windi juga menceritakan bagaimana bahagianya ia, ketika bisa mencoba langsung tanam-tanaman dan buah-buahan dari hutan. Ia diberitahu penduduk setempat, yang juga akhirnya jadi ilmu buat saya, bahwa jika kita berada dihutan, segala tanaman dan buah-buahan yang dimakan gorila, maka bisa kita makan. Duuh.. jadi mikir, cara tahunya buah-buahan atau tanaman tersebut dimakan gorilla gimana ya? ^_^

Berhubung saya nggak bisa nanya disesi tanya jawab, maka saya abaikan saja ke kepoan saya itu. Saya lanjutkan melihat Chef Wilgoz yang putih bersih menerangkan cara mengolah sumber pangan dari hutan menjadi masakan western.

Awalnya 30 finalis itu dibagi menjadi 5 kelompok masak. Saya dapat kelompok 3. Kelompok masak saya waktu itu bersama Nitalanaf, Mba Dian Farida, Mba Dian Restu, Mba Irene K dan Mba Ignas. Kita disuruh membagi 2 pekerjaan. Dua orang untuk memasak, 2 orang untuk memotong-motong dan 2 orang lagi bantuin foto-foto cantik.. xixixixi.. kalau Chef Wilgoz bilangnya , 2 orang lagi ngegibah.. hahaha.

tim masak sumber pangan dari hutan kelompok 3
Tim masak sumber pangan dari hutan kelompok 3 (photo by Irene)

Chef Wilgoz memberikan ilmu bagaimana cara memasak Jamur sebagai bahan utama yang merupakan sumber pangan dari hutan, menjadi Fettucini Mashroom Ragu. Nah, saya kemarin kan kebagian yang motong-motong bersama Mba Dian Restu, maka saya catet deh nih resepnya apa aja. Kalau mau nyontek silakan yaa! Oiya untuk ukurannya itu perkiraan saya saja, karena kemarin saat cooking competition semua bahan sudah ready tanpa saya tahu berapa ukurannya. Kalau mau coba di rumah, dikira-kira aja yaa sesuai selera lidah masing-masing.

Fettucini Mashroom Ragu

Bahan-bahan :

  • 250 gram --- Jamur kancing (cincang halus)
  • 5 helai --- Daun kucai (cincang halus)
  • 2 batang --- Daun Bawang (cincang halus)
  • 3 siung --- Bawang putih (cincang halus)
  • 200 ml --- Cooking creme Elle n Vire
  • 2 sdm --- Butter
  • 3 sdm --- Keju Parmesan
  • 2 sdm --- Minyak (kalau bisa minyak jaitun)
  • Garam dan lada (bisa lada putih atau hitam) --- secukupnya


Cara membuat :

  • Didihkan air untuk merebus fettucini.
  • Sambil menunggu air mendidih, panaskan minyak hingga keluar asap, lalu masukkan daun kucai dan daun bawang. Masak hingga warna daun berubah coklat seperti warna bawang goreng. Setelah coklat sisihkan.
  • Panaskan butter di wajan bekas menumis daun bawang dan daun kucai, lalu masukkan bawang putih. Masak hingga kecoklatan dan harum.
  • Masukkan jamur lalu tumis hingga kecoklatan juga. Ketika jamur berwarna kecoklatan, beri 1 sendok sayur air rebusan agar jamurnya matang.
  • Masukkan garam dan lada secukupnya, aduk-aduk kembali.
  • Masukkan kembali daun bawang dan daun kucai. Aduk hingga rata.
  • Begitu air agak berkurang, masukkan cooking crème. Aduk-aduk sebentar. Jika krim sudah meletup-letup, matikan api kompor. Jangan tunggu krim mengering. Ketika krim masih panas, koreksi rasa. Jadi disaat rasa kekurangan garam atau lada, bisa segera ditambah, tanpa harus menyalakan kompor.
  • Masukkan fettucini kedalam air mendidih. Tunggu hingga matang. Setelah matang, tiriskan.
  • Fettucini yang matang dimasukkan kedalam tumisan krim dan jamur. Nyalakan api kecil dan aduk-aduk kembali hingga fettucini rata tercampur oleh krimnya.
  • Saat menyajikan taburkan keju parmesan diatas fettucininya.


Nah, Fettucini Mashroom Ragu siap dihidangkan.

fettucini mashroom ragu hasil olahan sumber pangan dari hutan
fettucini mashroom ragu

Mudah kaaan? Masakan yang kami buat dicicipi satu-satu oleh Chef Wilgoz. Sayangnya masakan kami tidak menang. Yang menang kelompok 4. Saya kepo doong, penasaran mau coba masakan si juara. Hmm.. enak sih, tapi rasanya memang seperti masakan hotel, yang kurang rasa garamnya. Sementara lidah saya cocok dengan masakan hasil olahan Nita dan Mba Dian. Maklum lah itu yang masak satunya orang Padang, jadi ya lidah saya cocok ke masakan tim kami.. hahaha.. Indonesia banget rasanya.

Review Hasil Olahan Sumber Pangan dari Hutan Produksi WALHI Champion

Selesai acara masak-masak, maka selesai pula acara Forest Cuisine Blogger Gathering siang itu. Sebelum pulang saya dan Nita menyempatkan diri mampir ke lapak produk-produk hasil olahan teman-teman WALHI dalam wadah WKR (Wilayah Kelola Rakyat).

WKR itu sendiri adalah sebuah sistem kelola yang integratif dan partisipatif baik dalam proses tata kelola, produksi, distribusi, dan konsumsi melalui mekanisme penyelenggaraan yang senantiasa memperhatikan fungsi sumber daya alam dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan berdasarkan nilai dan kearifan setempat guna mewujudkan kemakmuran yang berkeadilan dan berkelanjutan. WKR ini menampung hasil-hasil produksi anggota WALHI yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, baik itu masyarakat setempat ataupun masyarakat kota.

Saya penasaran dengan sirup buah pala produksi Ibu Tati dan teman-temannya. Maka saya beli 1 botol sirup pala yang berukuran 250 ml. Harganya 1 botol itu Rp 45.000. Tadinya mau beli minyak astiri dari cengkeh, hasil olahan Ibu Tresna dan teman-teman. Tapi saya nggak bawa uang banyak. Nggak tahu juga kaan kalau WALHI akan buka lapak produk-produknya.

Tapi lumayan, dari acara tersebut saya bawa pulang 4 produk olahan teman-teman WALHI. Ada Tepung serbaguna, Kopi Ciwidey, Kunyit Putih dan Sirup Buah Pala. Nah, ini review saya setelah mencobanya, kecuali kunyit putih belum dicoba.

Tepung Serbaguna Unis

tepung serbaguna unis hasil olahan sumber pangan dari hutan

Awalnya saya pikir ini macam tepung terigu biasa, ternyata di kemasannya ada petunjuk bahwa tepung ini untuk masak gorengan crispy. Kalau dikemasan sih dikasihnya resep menggoreng ayam crispy, tapi sama saya bahannya diganti.

Berhubung saya dan Pak Suami bosan dengan ayam, maka ayamnya saya ganti dengan ikan cue tongkol. Kebetulan si pencinta ayam goreng sedang di pondok dan Adek Fi kurang begitu suka ayam. Maka jadilah ikan cue crispy.

ikan cue crispy pakai tepung hasil olahan sumber pangan dari hutan
ikan cue crispy, makanan olahan sumber pangan dari hutan

Rasanya ternyata sama aja loh dengan tepung-tepung crispy instan yang dijual dipasaran. Bedanya yang produk WALHI tidak terlalu asin. Jadi misal dimakan tanpa nasi pun masih enak. Kalau tepung-tepung instan kan kudu pakai nasi, kalau nggak rasanya asin sekali.

Kelebihan tepung ini tuh dia gluten free, wheat free, dairy free, egg free, nut free dan soya free. Jadi kalau ada yang alergi dengan tepung-tepungan, Unis tepung bumbu ini aman dikonsumsi. Dan buat yang diet ini aman banget, karena tepungnya rendah kalori.

Goedang Cof’tea Ciwidey

kopi goedang cof'tea sumber pangan dari hutan

Nah untuk produk ini, saya dapatnya berupa biji kopi yang belum digiling. Saya sampai ke Café Kopi kekinian langganan saya untuk minta di grinder Goedang Cof’tea tersebut. Saya minta di grinder paling halus biar bisa langsung dinikmati.

Setibanya dirumah saya buatkan 2 cangkir kopi dengan takaran gula yang berbeda. Saya diajarkan oleh papa, kalau buat kopi yang enak itu takarannya 2 banding 1. Satu sendok teh kopi ditambah 2 sendok teh gula. Takaran itu pas untuk rasa kopi nikmat. Nah, satu gelas saya buat sesuai takaran kopi yang papa ajarkan, satu gelasnya lagi saya kurangi gulanya, hanya ¾ sendok teh saja.

kopi goedang cof'tea sumber pangan dari hutan
kopi geodang cof'tea ciwidey sumber pangan dari hutan

Kalau kopi beneran tuh memang beda banget ya rasanya. Kopi Goedang Cof’tea Ciwidey ini saya bilang termasuk kopi beneran. Kopi beneran tuh maksudnya tidak dicampur sama bahan lain, murni dari biji kopi. Nah, rasa kopi beneran itu biasanya keluar rasa asamnya. Iya kopi itu bukan pahit, tapi asam. Makanya untuk penderita maag atau asam lambung akut, harus menjauhi kopi.

Kopi Goedang Cof’tea Ciwidey ini, walau dengan sedikit gula, tidak pahit. Asamnya berasa banget. Lebih asam dari kopi amugme kesukaan saya yang dari Papua. Baru kali ini saya minum kopi asamnya mantul. Untuk aroma kopinya nggak terlalu harum. Biasa saja. Tapi saya suka. Asli suka banget.

Sirup Buah Pala

Nah, ini sirup yang dibuat oleh Ibu Tati dan teman-temannya. Kemarin siang-siang saya mau coba sirup buah pala ini. Kebetulan juga ada buah apel di kulkas. Maka mulailah saya meraciknya. Saya tuang sirup buah pala terlebih dahulu, lalu masukkan batu es, masukkan potongan buah apel, terakhir saya beri air.

Dan hasilnya teman-temaaaan… Itu sirupnya membeku, nggak bisa diaduk.. hahahaha.. saya jadi kayak makan gulali rasa buah pala. Perlu tenaga ekstra saat mengaduk agar menyatu dengan airnya. Ini jadi pelajaran buat saya, lain kali kalau mau buat sirup buah pala produk WALHI harus disedu dulu dengan air panas. Biarkan larut dulu sirupnya, baru dikasih es batu.

es apel buah pala olahan sumber pangan dari hutan
es apple buah pala olahan sumber pangan dari hutan

Soal rasa, segeeeer.. memang enak jadi minuman tengah hari bolong dan matahari teriknya ngajakin berantem. Maknyuuus ditenggorokan. Untuk membuat 1 gelas minuman segar buah pala, kita nggak perlu banyak-banyak menuangkan sirupnya. Sebab, sirupnya manis banget. Jadi wajar kalau 1 botol 250 ml itu harganya Rp 45.000 karena pemakaian sirupnya itu sedikit saja sudah cukup.

Jika biasanya kita buat sirup pasaran 2 sdm dalam segelas air, sirup buah pala produksi WALHI ini cukup 1 sendok teh. Sebab sirupnya kental sekali. Makanya begitu bercampur sama batu es langsung membeku.

Aksi yang Dapat Dilakukan untuk Melestarikan Sumber Pangan dari Hutan

Nah, membahas acaranya sudah, review produknya sudah. Kini saatnya kita melakukan aksi nyata dalam melestarikan sumber pangan dari hutan. Dari hasil rangkuman acara kemarin, ada 4 hal yang bisa kita (orang-orang yang tidak berkecimpung langsung di hutan) lakukan untuk menjaga ketahanan sumber pangan dari hutan, yaitu :

1. Membuat apotik dan hutan kecil di pekarangan rumah kita.

Hidup di kota atau wilayah perumaha, lahan tanah serapan air yang juga bisa digunakan untuk menanam itu hanya diberikan ukuran 2 x 2 meter saja. Iya kan, coba lihat desain-desain perumahan? Paling disisain tanah tanaman 2 x 2 meter saja di depan pekarangan rumah. Ada sih tanah kosong dibelakang, namun biasanya akan habis untuk perluasan bangunan rumah.

Nah, mulai dari sekarang sisakan juga perkarangan dibelakang rumah untuk dibuat hutan kecil atau apotik hidup, jadi dikala pasokan sumber pangan dari hutam nipis, kita sudah punya hutan-hutan kecil di pekarangan rumah kita.

2. Meminimalisir penggunaan plastik dan sawit.

Kita semua rasanya sudah paham kalau plastic itu susah sekali terurai oleh tanah. Jika kita sering menggunakan plastic otomatis tanah kita sudah tak lagi subur. Butuh waktu lama untuk menanam pohon di lahan yang tertimbun oleh plastik.

Begitupun dengan minyak sawit. Minyak sawit ini memang berguna untuk segala macam produk, mulai dari makanan, obat-obatan hingga kosmetik. Namun kebutuhan sawit bisa tergantikan dengan sumber pangan asli dari hutan. Kita seolah sangat membutuhkan sawit, yang sebenarnya bisa kita dapat dari bahan lainnya. Keberadaan perkebunan sawit inilah yang sudah mengancam kelestarian hutan yang sesungguhnya.

3. Membeli produk-produk hasil olahan sumber pangan dari Hutan.

Teman-teman WALHI sudah berusaha semaksimal mungkin menjadi orang-orang yang produktif tanpa harus merusak hutan. Nah, sebagai bentuk peduli kita, mulai dari sekarang cobalah membeli pangan yang murni dari petani. Bukan hasil olahan pabrik.

Saya pernah sampaikan, di tulisan saya yang masuk dalam lomba ini bahwa dr. Zaidul Akbar mengatakan “Jika ingin sehat, makanlah makanan yang tumbuh dari bumi Allah dan tercipta dari Allah langsung.”

Jadi membeli produk-produk dari WKR, sudah membantu dalam melestarikan sumber pangan dari hutan. Produk-produk WKR bisa di dapat di toko WALHI. Untuk lokasi tepatnya di Jakarta, yaitu :
Jl. Tegal Parang Utara No.14
Jakarta Selatan
Atau bisa melalui Whatsapp/telepon di : 088213309737 (dengan Lilo)

4. Membantu program donasi dari walhi

Kita pastinya ingin hutan Indonesia tetap terjaga kelestariannya, agar sumber pangan kita yang berasal dari hutan tidak habis. Bagi yang tak bisa terjun langsung ke lapangan a.k.a ke hutan, kita masih bisa juga kok membantu dari rumah kita sendiri. Caranya dengan ikut serta memberikan donasi untuk pergerakan teman-teman WALHI yang terjun langsung ke lapangan.

Caranya bisa langsung dilihat di website resmi WALHI (walhi.or.id). Nanti disana akan ada panduan cara donasi secara online. Jika ingin donasi secara langsung, bisa langsung datang ke Toko WALHI dan mengisi data formulir donasi.

Diawal acara kita sempat diberikan video ajakan untuk melestarikan hutan. Dilihat yaa..



Nah, itulah cerita lengkap keseruan saya mengikuti acara Forest Cuisine Blogger Gathering pada hari Sabtu, 29 Februari 2020. Semoga dengan tulisan ini teman-teman ikut serta membantu program dari WALHI dalam melestarikan sumber pangan dari hutan, plus bisa mencoba resep fettucininya.

30 finalis lomba blog sumber pangan dari hutan
30 finalis dan narasumber pada acara forest cuisine blogger gathering bertajuk sumber pangan dari hutan
(photo by linda hayati)

Salam Adil dan Lestari! ^_^

Wassalam

66 comments

  1. Wah ikan krispinya menggoda. Kemaren saya beli selai markisa. Asem asem segar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, maunya sih yang banyakan dikit. Sayang ga bawa uang.. xixixi.

      Delete
  2. huwooww mba ade nyobain produk walhi. aku jadi ngiler liatnya kaan.

    ga nyangka yaa kita bisa ketemu sama2 jadi finalis. good luck buat kita berdua :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mba.. semoga kita sama2 yang kepilih selanjutnya ya. Aamiin

      Delete
  3. Beruntunglah si orang Padang itu dikit2 bisa masak, jadi gak malu2in di depan Chef Wil, hahah... Anyway memang acara yg bener2 bikin Kita tambah cinta Indonesia ya 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuiih ga malu2in laah.. enak rasanya kok. Iya acara kmrn jadi makin membuat kita cinta sama Indonesia.

      Delete
  4. Perempuan-perempuan hebat yang menjadi WALHI champion ini ya. Perempuan-perempuan hebat pula yang masuk 30/finalis lomba blog sumber pangan dari hutan

    ReplyDelete
  5. Aiiiih...aku juga senang dan bangga bisa masuk 30 finalis bareng Mb Ade dkk lainnya 😍 Hebat ya Walhi Champion bisa menjaga dan memelihara hutan serta berbagai kontribusi lainnya bisa meningkatkan kewejahteraan masyarakat di daerah asalnya. Btw seru amat acara masak2nya bareng Chfe Willgoz. Udah dipraktekkan di rumah belum resep fettuccine nya? Hehehe... 😘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beluuum.. xixixi.. ntar kalau malesnya ga keluar deh. ^_^

      Delete
  6. Mbaaaa, congratss ya jadi finalis!
    Tapi memang artikel dikau cethaarrr kok Mba.
    Acara gathering bloggernya seruu pakai banget.
    Semoga JUARA ya mbaa

    ReplyDelete
  7. Wah selamat mbaaaa, masuk sebagai salah satu finalis!

    Acaranya juga seru banget ya, datengin chef handal, kontennya juga berisi banget, karena menjaga hutan itu kalo bukan kita siapa lagi. Masa cucu jaman cicit nanti cuma denger cerita doang, kalo Indonesia itu hutannya rimbun lebat dan banyak sumber daya alamnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ma kasih, Mba.. itu diaa. Makanya dr akrg saya pun selalu mengenalkan makanan2 tradisional yang saya tau.

      Delete
  8. Acaranya seru ya mbakk.. tapi aku gak terpilih huhuhu Acaranya sarat manfaat dan membuka cakrawala tentang hutan lwbih jauh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bangeet. Membuka wawasan kita akan hutan dan makin cinta sama Indonesia.

      Delete
  9. Wah mantul nih reportasenya. Saya yakin jadi juara nih. Selamat ya...
    Semoga perjuangan WALHI banyak yang mendukung, dan hutan kita tetap terjaga.

    ReplyDelete
  10. Luar biasa ya hasil hutan Indonesia. Semogaaaaa hutan-hutan yang masih ada terjaga kelestariannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. semoga kita bisa jadi bagian yg menjaga hutan.

      Delete
  11. Wah senangnya baca reportase lengkap
    Ditambah foto Chef Willgoz bareng perempuan2 cantik
    Saya subscriber YouTube nya karena banyak resep yang mudah ditiru

    ReplyDelete
  12. selamat yaaa.. keren deh. jd nambah banyak pengetahuan tentang hutan dan hasilnya yg kaya manfaat untuk kita

    ReplyDelete
  13. Ternyata perempuan bisa menjadi garda terdepan menjaga hutan ya mbak..
    Dan itu bisa dilakukan dgn cara yang sederhana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes.. mereka penjaga rimba terkahir yg keren2 banget.

      Delete
  14. kemarin sempat lihat semua produk WALHI tapi lupa nanya kalo selain di acara gitu belinya dimana karena aku kayaknya jarang lihat ini di mall atau toko sembako atau toko oleh2... alhamdulillah disini dikasi tahu tempat buat belinya. Makasih ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbq.. jadi bisa beli lagi. Saya juga kalau kopi ini habis mau beli lagi disana. Enaak

      Delete
  15. Wah banyak juga yg ikut yaaa
    Saya blm bruntung ikutan Acara Forest Cuisine Blogger Gathering.
    Moga next bisa berkesempatan di undang hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. ini aja saya juga beruntung kok, Mba.. xixixi

      Delete
  16. Selamat ya Mbak, ulasannya lengkap serasa kita hadir di acara gathering ini, memang sedih kalau ingat perkebunan sawit yang merajalela, harus kurangi minyak goreng nih aku, nggak ada yang namanya sawit baik ya :(

    ReplyDelete
  17. Selamat mbak, semoga menang, tulisanmu memang keren banget .

    ReplyDelete
  18. Senangnya jadi salah satu finalis terkeren dari Bp ini. Semoga tembus jadi grand finalis ya Ade!

    ReplyDelete
  19. Keingetan sama Ibu Tati yg sedih terharuuuuu sampe teeisak pas bercerita di depan kita semua tentang kontribusinya deh. Hebat yaaa beliau mampu mengajak masyarakat di sekitar hutan untuk meningkatkan pendapatan dr usaha buah palanya.

    ReplyDelete
  20. ini para partisipan oke juga yang ikutt.

    ReplyDelete
  21. Waa, seru banget acaranya.. Beruntung banget mbk terpilih jadi salah satu yang diundang di acara ini. Fettuciniya menggoda sekali. Baru tau ada sirup pala, seger banget kayaknya

    ReplyDelete
  22. Papeda kayaknya terkenal di Indonesia bagian timur ya mba. Tapi aku masih gagal buatnya nih mba. Hhhehehe. Senangnya jika kearifan lokal masih terjaga dengan baik ya mba

    ReplyDelete
  23. Duh postingannya bikin lapar ini mbak :-D
    Jadi gak ada alasan gak punya lahan luas jadi gak bisa menanam apotik & hutan kecil kalau niat pasti bisa ya

    ReplyDelete
  24. Aku salut deh dengan perempuan-perempuan yang jadi garda depan untuk menjaga hutan. Btw aku suka baca artikel ini mbak, lengkap banget dan jadi nambah pengetahuanku mengenai hutan dan program2nya WALHI

    ReplyDelete
  25. Tuh kan..aku jadi nyesel ga beli tepungnya yang gluten free duh!
    Ku senang sekali dapat tambah wawasan dari adara ini. Dan Mbak Ade menuliskan keseruannya acara dengan komplit plit begini..Sukaa!!
    Semoga makin banyak yang peduli dengan kelestarian hutan sehingga salah satu manfaatnya sebagai sumber pangan bisa terus ada di masa depan

    ReplyDelete
  26. Mbak Ade juwara memang..langsung bebikinan dengan produk hasil hutan di rumah. Semoga kita bisa mewariskan ke anak cucu kita nanti hutan yang lestari ya

    ReplyDelete
  27. Eh selamat dulu mbak, masuk 30 besar itu udah keren. Btw, memang harus banget sosialisasi makanan yang berasal dari hutan agar kesadaran alam lestari itu bisa terjaga, ya.

    ReplyDelete
  28. Acaranya seru yaa! Bisa ketemu dengan perempuan-perempuan sebagai pahlawan pemelihara sumber pangan hutan.
    Ada acara masak-masak pula. Asyik, deh!

    ReplyDelete
  29. Wah, senengnya, masuk 30 besar. Saya juga ikut lomba ini. Tapi belum beruntung..hihi..btw itu ikan cui krispinya menggoda selera sekali. Bikin penasaran. Belum pernah nyicip ikan cue

    ReplyDelete
  30. Keberagaman alam memang terlihat dari hutan yang masih terjaga hingga kini. Kampanye jaga hutan dan yang dilakukan Walhi bagus buat anak cucu kita ya

    ReplyDelete
  31. Es Apelnya bikin galfok, apalagi Jakarta lagi panas begini, hehe. Btw keren loh, bisa keangkut di 30 besar.Pengalaman yg didapat benar-benar priceless. Bisa discuss, bisa mendengar langsung paparan nara sumber. Insyaallah bakal banyak manfaatnya ya Mbak.

    ReplyDelete
  32. Seru banget belanja produk-produk walhi... Saya baru tau buah pala itu cuma jadi limbah... Padahal kan di bogor ada manisan buah pala?

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh ada ya? gimana rasanya 😆

      saya terkejud hanya ada 2 blogger lelaki yg tersaring dalam 30 finalis lomba blog. kalah sama emak2 nih

      Delete
  33. Mereka perempuan-perempuan hebat semua. Termasuk Ibu Tresna. Beliau sadar betul ya, bahwa sagu merupakan sumber pangan dari hutan yang perlu dilestarikan.

    Btw, selamat ya, Mbak Ade. Tulisannya memang bagus banget. Semoga sampai ke Grand Final. 😍😍

    ReplyDelete
  34. Aku belom pernah makan papeda ini mbak penasaran banget sama pepeda ini ternyata makanannya dari hutan banyak banget ya...

    ReplyDelete
  35. Waah selamat mbak tulisannya terpilih dari 200 an lebih peserta ..Sepertinya seru sekali acaranya bisa melihat dan mendengar pengalaman langsung dari wanita wanita penjaga rimba

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah, saya dukung WALHI semoga lebih banyak lagi menebar manfaat untuk menjaga kelestarian hutan di Indonesia termasuk kelestarian sumber pangannya. Sekarang di rumah juga kami sudah mulai menanam dan belajar membuat apotik hidup.

    ReplyDelete
  37. Waah jangan sampai hidangan-hidangan tradisional yang bahannya berasal dari hutan Indonesia punah. Aku suka sagu. Semoga kita semua semakin sadar menjaga kelestarian hutan ya.

    Tertarik banget nih nyoba produk-produknya WALHI.

    ReplyDelete
  38. Mendadak bayangin apakah saat ada ibu kota baru ada hutan yang akan ditebang? #eh kejauhan ya hehe
    Tapi yang pasti emang yang namanya hutan itu perlu kita jaga krn kita butuh banget ya, selain sebagai sumber oksigen juga krn banyak hal bisa kita manfaatkan dari hasil hutan,terutama yang nonkayu ya mbak

    ReplyDelete
  39. Selamat ya masuk menjadi finalis. Seru banget nih acaranya. Dan aku juga baru tau loh kalau papeda itu makanan khas Sulawesi, setauku ya dari Papua.

    Hutan memang memberikan banyak sekali untuk manusia ya. Hanya saja kadang manusia yangtidak bijak dalam mengelolanya, malah mengubahnya menjadi perkebunan satu jenis tanaman saja.

    ReplyDelete
  40. Semoga menang makkk. hutan itu kaya banget memang. Makanya sedih kalau ditebang2in hutan makin dikit ekosistemnya padahal manfaatnya sangat banyak :")

    Serunya masak-masak

    ReplyDelete
  41. Ikut workshop dari wahli semakin yakin y bnyak bnget hasil hutan bukan kayu yg bermanfaat dn Kita Juga semakin sadar utk mnjaga hutan y mba

    ReplyDelete
  42. Selamat Mbak Ade, suatu prestasi udah bisa masuk 30 besar tuh..
    Ternyata banyak banget makanan yang enak-enak yang sumbernya dari hutan ya mbak

    ReplyDelete
  43. Ga ngebayangin kalau Indonesia lahan hutannya banyak yg gundul, bagaimana dengan kehidupan kita dan banyak orang yg bergantung nasibnya pada hutan2 yg hijau..pastilah menyedihkan. Makanya kalau bukan kita yg jaga siapa lagi dan kapan lagi. Acara padat ilmu, seru dan pastinya membuat rasa nasionalisme akan kebangsaan dan cinta tanah air auto bertambah pastinya

    ReplyDelete
  44. Kunjungan perdana ke blog ini. 1 artikel panjang ini sih bisa dibikin 3 artikel hehe... Ada komunitas, acara masak, lomba, & peduli lingkungan. Lengkap lah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha.. iyes banget, Pak. Kalau utk blog adsense memang dibuat 3 pak harusnya. Berhubung ini utk dilombakan jadi ya 1 postingan aja. Pengennya nanti dipecah juga sih.

      Delete
  45. Pokoknya mba jangan ada deh, sirup buah pala di kulkas. Pasti yang sering minum papa Mpo.

    Enak dan seger tapi jangan kebanyakan juga karena bikin ngantuk.

    Kearifan lokal hasil dari hutan memang banyak dan kita wajib bersyukur

    ReplyDelete
  46. Selamat ya kak telah masuk daftar 30 finalis blog sunber pangan dari hutan.

    Semoga kekayaan alam hutan negara kita dapat dimanfaatkan searif mungkin dan hasilnya diolah jadi sumber pangan yang baik.

    ReplyDelete
  47. Wow, papeda dari sagu itu kelihatannya enak sekali ya mbak ufi. Kalo ngomong sagu jadi ingat sagon, makanan khas kalo lebaran. Kalo lagi makan sagon lalu ngomong pasti nyembur sagonnya.🤣

    ReplyDelete

Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya "unknown" langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^