Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Brain, Beauty and Behaviour

Friday, September 13, 2013

hijab


Assalamu'alaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahiim.

Hari ini aku berbincang-bincang dengan teman. Temanku berkata, “Ade, lo tau si A ga? gue pikir sekarang itu dia jadi wanita yang gaul dan eksis. Dengan gaya wanita yang high class. Karena dia tuh smart dan cantik. Tapi begitu ngeliat dia sekarang gue nggak nyangka.”

“Nggak nyangka kenapa?” tanyaku heran

“Gue nggak nyangka kalau dia sudah pakai jilbab.” Dahiku langsung mengerenyit mendengar ucapannya.

“Loh memang kenapa dengan jilbab?” tanyaku penasaran.

“Belum waktunya.”

“Belum waktunya? Lalu kapan?”

“Untuk orang seperti dia, seharusnya dia pakai jilbab diusia 45 tahun. Dia bisa eksis dan terlihat smart, sesuai karakter dia. Ga seperti sekarang ini, terlalu sederhana dan islami banget. Karakter dia yang agak tomboy, tapi cantik dan elegan tuh nggak keluar.”

Pembaca pasti penasaran kan yang bicara orangnya seperti apa? xixixi... nggak perlu dibahas ya.

Read More

Mana yang didahulukan? Haji atau Umroh?

Sunday, September 8, 2013



Bismillahirrahmaanirrahiim

Kemarin, kebetulan dirumahku kedatangan tamu. Dan begitu acara selesai ada seorang temanku yang menanti jemputan suaminya. Sambil menunggu kami banyak berbicara soal haji. Dari beberapa obrolan kami, ada satu ucapan temanku itu yang membuat aku tersenyum. Beliau bilang, "Yaaa, Mbak... sekarang tuh kalau mau daftar haji mikir. Wong baru dapat 19 - 35 tahun kemudian. Kalau kita ada umur, kalau nggak?"

Baca juga : Tips memilih travel umroh aman dan terpercaya.

Entah kenapa, pikiranku mungkin kelewat sederhana sekali. Aku tak pernah takut dengan apa yang terjadi di dunia ini. Karena aku yakin Allah telah mengatur segalanya. Allah telah merencanakan segala apa yang terjadi pada diri kita. Dan semua berjalan sesuai bagaimana prasangka kita terhadap Allah. Salah satunya dengan setoran haji.
Read More

Kematian? Insya Allah kami siap menanti

Thursday, May 2, 2013

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu'alaikum wr. wb. Saat kabar berita kematian ustadz Jefry, temanku sempat berkata,”De, Mudah-mudahan kita dikasih umur yang panjang yaa… Gue sih berdoa sama Allah supaya gue dikasih umur panjang dan di kasih kesempatan melihat anak gue besar..” Aku hanya tersenyum mendengar perkataan temanku itu.

Mendengar kematian UJE di usia 40, membuat ia (yang saat ini berusia sama dengan aku, jelang 40) agak khawatir dengan kehidupannya. Ia khawatir jika Allah memanggilnya di usia yang sama. Ia khawatir tidak bisa melihat tumbuh kembang anaknya.

Aku tersenyum mendengar perkataan beliau, bukan meremehkan, hanya saja aku kurang sependapat dengan beliau. Beberapa kali aku ikut pengkajian, baik secara langsung ataupun melalui media-media, para ustadz dan ustadzah selalu mengingatkan ke kita agar jangan pernah takut akan kematian. Ya, usia kita tidak ada yang tahu kapan selesainya. Diusia muda kah? Atau usia senja? Dan kita tidak bisa menawar-nawar kapan malaikat pencabut nyawa itu datang. Yang terpenting adalah persiapannya.

Aku selalu ingat apa yang papaku selalu sampaikan. Beliau pernah bilang, “Berdoa tuh bukan minta umur panjang. Tapi berdoalah sama Allah, agar kelak jika kita meninggal dalam keadaan khuznul khotimah dan tidak menyusahkan siapa pun. Baik itu menyusahkan dalam artian sakit berkepanjangan ataupun meninggalkan beban kepada yang ditinggal mati.”

Aku, yang saat itu masih duduk dibangku SMA, bertanya, “Lalu bagaimana biar yang ditinggalkan tidak sedih atau terbebani dengan kelakuan kita?”

“Yaaa.. berbuat yang Allah suka.. Sisipkan dalam doa kita untuk mereka (yang akan ditinggalkan)”

Hmm… ingin rasanya aku sampaikan hal ini sama temanku tersebut. Tak perlu takut akan kematian, tak perlu gundah kita tidak bisa melihat tumbuh kembang anak kita. Insya Allah semua itu akan bisa kita lihat jika kita mempersiapkan hal yang baik sebelum tutup usia kita.

Sejak papa memberikan nasehat seperti itu pun, aku langsung menyisipkan doa,”Ya Allah, beri kekuatan iman dan kemudahan dalam setiap urusan mereka (menyebutkan nama-nama orang yang kelak akan ku tinggal pergi selamanya). Agar kelak disaat aku meninggalkan mereka, mereka tetap terus berada dijalan-Mu dan aku mohon mereka kelak selalu membantuku dalam doa mereka. Dan kumpulkan kami kelak di surgaMu, ya Allah.. Amiin ya robbal alamiin.”

Semoga Allah memberikan hal terindah buat kita semua. ^_^

Wassalam
Read More

Pemimpin Wanita dalam Kacamata Islam

Tuesday, September 25, 2012

pemimpin wanita

Bismilahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum wr.wb

Kali ini aku hendak membahas kenapa Islam mendahulukan pemimpin pria daripada wanita. Ini penjelasannya :

قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ اِمْرَأَة

“Tidak akan berbahagia / berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita (mengangkat wanita sebagai pemimpin) .”



DERAJAT HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
  • Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya di dua tempat. Kitabul Maghazi bab Kitab An-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ila Kisra wa Qaisar no. 4425 dan Kitabul Fitan no. 7099.
  • Imam Abu Isa At-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Fitan no. 2262 dan beliau menyatakan: “Hadits ini hasan shahih.”
  • Imam An-Nasa`i dalam Sunannya, Kitab Adabil Qudlat bab An-Nahyu ‘an Isti’malin Nisa fi Hukmi no. 2/305 no. 5403.
  • Al-Hakim dalam Mustadraknya, Kitabul Fitan wal Malahim 4/570 no. 8599 dan beliau menyatakan: “Hadits ini sanadnya shahih dan keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya.”
  • Imam Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, bab La Yuwalli Al-Wali Imra`atan wala Fasiqan wala Jahilan Amral Qadla, Kitab Adabul Qadli, 10/201 no. 20362.
  • Imam Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, Kitabul Imarah wal Qadla, bab Karahiyatu Tauliyatin Nisa 6/60 no. 2486. Kata beliau: “Hadits shahih.”
  • Al-Khatib At-Tibrizi dalam Misykatul Mashabih, Kitabul Umarah wal Qadla pasal pertama 2/1091 no. 3693.
  • Al-Imam As-Suyuthi dalam Jami’us Shaghir, lihat Faidlul Qadir karya Al-Munawi 5/386 no. 7393 dan beliau (Suyuthi) memberi kode: “Shahih."
Dulu sebelum aku mengalaminya, aku menganggapi hadis tersebut dengan berbagai pertanyaan. Kenapa? Bukannya kalau dipimpin wanita jauh lebih detail?

Tapi sekarang aku baru paham setelah melihat bagaimana aku dan suamiku menyelesaikan masalah yang serupa.

Read More

Pertanyaan Buruk

Thursday, December 16, 2010



Bismillahirrahmaanirrahiim..

Assalamu'alaikum wr. wb.

Seringkali kita mendengar pertanyaan seperti ini :
"Lebih baik mana, Seorang Ustadz yang berakhlak buruk atau pezinah tapi berakhlak baik?"

Untuk orang awam seperti kita, pertanyaan tersebut membuat kita menjadi ragu. Dan kebanyakan orang akan berkata, "Iya.. ya... mendingan jadi pezinah yang berlaku baik sehingga disenangi orang banyak, daripada jadi ustadz tapi dibenci orang banyak."
Read More

Ebith Beat A.

Friday, August 6, 2010


Bismillahirrahmaanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr. wb.

Kemarin hari Rabu (4 Agustus 2010) dan Kamis (5 Agustus 2010) di sekolah kami diadakan Pesantren Jelang Ramadhan yang bekerjasama dengan ESQ training leadership. Training yang menurutku cukup bagus untuk anak-anak usia 11 - 12 tahun. Namun saat ini aku tidak sedang ingin membahas tentang ESQ-nya. Rasanya tak perlu dibahas, hampir sebagian besar kita tahu betapa bagus materi yang diberikan oleh mereka tak lagi meragukan.

Yang ingin aku tulis saat ini tentang lagu-lagu pengiring acara tersebut. Terutama lagu yang dipakai untuk Ice breaking. Saking terkesannya aku coba cari di internet dengan kata kunci dari syair lagu terebut, karena aku belum tau siapa penyanyi dan judul lagunya. Tapi nggak ketemu-ketemu yang pas. Akhirnya aku bertanya dengan trainernya dan meminta lagu-lagunya. Bersyukur mereka mau memberikannya.

Lagu yang mereka gunakan untuk Ice breaking adalah lagu dari Ebith Beat A. Hmmm... sudah pada tau ya? atau belum seperti aku? ^_^  Entah aku yang kurang gaul atau memang penyanyi tersebut yang kurang ngetop? Kayaknya aku yang kurang gaul kali ya. ^_^

Read More

Bantu atau tidak?

Monday, July 26, 2010

Bismillahirrahmanirrahiim...

"Bu, bisa bantu saya ngga?"
Malam itu, jam 18.30 WIB, tiba-tiba ada seorang anak kecil, kurang lebih usia 9 - 10 tahun, menyapaku.

"Bantu apa?" tanyaku.


"Ini, Bu... saya jual baju harganya mulai dari 5.000 rupiah."

"Baju apa?"

"Ini ada baju sweater" ujarnya sambil membuka tas yang dibawanya. Lalu anak kecil tersebut mengeluarkan sebuah baju berbahan planel.

"Ini baru?" tanyaku sambil melihat baju yang ditawarkan dan mengintip isi tas anak tersebut.

"Bukan, Bu ini bekas.. Bantu saya, Bu... Soalnya saya jual baju ini buat bayar kontrakan" ujarnya dengan tatapan wajah yang begitu polos dan iba.

"Kontrakan siapa?" tanyaku lagi, karena rasa ingin tahuku yang besar.

"Kontrakan ayah saya. Ayah saya tidak sanggup bayar kontrakan bulan ini. Saya bantu ayah mengumpulkan uang 300.000" jelasnya.

"Jadi kamu jual baju ini untuk bantu ayahmu bayar kontrakan?" anak itu menganggukkan kepalanya."Berapa kamu jual baju ini?" tanyaku lagi.

Seketika ada rasa iba dihatiku. Tak tega rasanya aku melihat wajah polosnya, yang malam-malam begitu masih berkeliling mengumpulkan uang, menjual baju bekas, hanya sekedar untuk membantu ayahnya membayar kontrakan. Apalagi ia menjelaskan bahwa ia tidak akan pulang sampai ia mengumpulkan uang sebanyak 100.000. Karena ayahnya yang sudah tidak bekerja lagi dan harus menghidupi seorang istri berikut 6 orang anak. Anak itu adalah anak kedua di keluarganya.

Menurut ceritanya ia belum berhasil menjual baju bekasnya itu. Baju yang ia tawarkan kepadaku harganya Rp. 20.000. Sedangkan isi yang aku lihat hanya ada baju planel yang ditawarkan kepadaku dan sebuah kaos singlet bekas. Terbayang olehku, akankah terkumpul uang sebesar itu?

Dan yang sangat memprihatinkan lagi saat Ikhsan, anak kecil itu menyebutkan jarak rumahnya. Saat bertemu dengannya aku sedang berada di rumah orangtuaku dan jarak rumahnya jika ditempuh dengan mobil kurang lebih 1 jam perjalanan.

Tapi di sisi lain terdengar bisikan,"Bagaimana kalau anak itu berbohong dengan memasang cerita yang mengharukan dan modal wajahnya yang lugu?"

Seketika aku jadi teringat saat aku masih duduk di bangku SMA. Waktu itu aku sedang asyik bermain dengan Anggia, anak tetangga yang berusia 3 tahun, di halaman rumah Anggia. Tiba-tiba datang seorang ibu tua yang datang memohon bantuanku dengan cerita yang membuatku jadi iba. Ibu itu meminta sedekahku, seikhlas yang aku berikan. Dan saat itu aku kebetulan memegang uang jajan sebesar Rp.4.000. Aku berikan semua uangku itu kepada ibu tua tadi, karena kupikir ibu itu lebih memerlukan dibanding aku. Lagipula nanti aku bisa minta lagi ke mama. ^_^

Namun seperginya ibu tua tadi, taklama kemudian mama Anggia datang menghampiri kami. Ia langsung berkata,"Kamu kasih berapa, Shan?"

"Empat ribu, Tante" jawabku.

"Kamu tau nggak, ibu-ibu itu kan penipu.. Dia minta-minta kesana kemari dengan cerita bohong" ujar mama Anggia dengan wajah ketidaksukaannya terhadap ibu-ibu tadi.

"Iihh.. kok Tante baru bilang??" tanyaku kesal. Aku kecewa sekali, merasa dibohongi. Sampai dirumah kesal itu masih terbawa dihati dan pikiranku, hingga terlihat diwajahku oleh almarhumah mamaku.

"Kamu kenapa?" tanya beliau. Dengan bibir manyun aku ceritakan kejadian sore itu. "Kalau tau gitu, Ma.. Ade ga akan kasih tu duit... Sebel.. Nyesel deh Ade" ujarku diakhir ceritaku kepada beliau.

Sambil terus mengerjakan pekerjaannya, mamaku berujar,"Eh... kalau niat kamu sedekah.. ya sedekah aja.. jangan dengerin omongan orang tetang orang yang udah kamu kasih sedekah. Dan juga jangan berpikir itu uang mau digunakan buat hal yang haram atau yang halal. Itu sudah urusan dia sama Allah. Yang penting adalah niat keikhlasan kita untuk bersedekah. Kalau kamu ngedumel dibelakang atau bersu'udzon duluan, sedekahmu jadi ga dapet pahalanya, karena nggak ikhlas"

Peristiwa dan nasehat itulah yang menggerakkan aku untuk membantu Ikhsan. Betul yang diucapkan oleh almarhumah, bahwa jika kita niat bersedekah buang semua "andai-andai" yang berada di otak kita. Allah maha tahu dan tidak tidur.

Aku bersyukur Allah masih memberikanku ilmu melalui nasehat almarhumah mamaku. Tak terasa, mata ini menjadi panas dan airmata mengalir membasahi pipiku... Aku jadi rindu dengan nasehat beliau. Rinduuuu sekaliii....

Semoga Allah menjadikan nasehat tersebut sebagai amalan beliau yang tak pernah putus, yaitu ilmu yang bermanfaat. Dan semoga Allah memberatkan timbangan pahala kepada seluruh orang tua yang memberikan nasehat baik untuk anaknya.... aamiin ya robbal alamin.

ditulis pada hari Senin, 26 Juli 2010 pukul 00.08
Read More

Kita orangtua yang mana ya?

Friday, December 11, 2009



Bismillahirrahmanirrahiim...

Assalamu'alaikum wr.wb.

Saat di kantin. Ngobrol dengan teman-teman guru yang kebetulan mereka adalah ibu-ibu muda. Ucapan ibu yang anaknya laki-laki semua:

"Kadang saya berpikir, nanti kalau saya sudah tua siapa ya yang akan nyebokin saya, mandiin saya dan ngerawat saya. Kalau dapat mantu yang baik, Alhamdulillah... tapi kalo dapat mantu yang jutek... hhhhhh"

Beda lagi dengan ucapan yang anaknya perempuan semua :

"Masih bersyukur anakmu laki-laki. Sampai kapan pun anakmu akan tetap menjadi milikmu. Tapi kalau saya, kalau saya butuh sesuatu saya harus mengalah jika suaminya tidak setuju. Dan lagi saat besar nanti tak ada yang melindingi kami dan menggendong kami disaat kami sudah lemah untuk berjalan."

Subhanallah, begitulah pikiran seorang ibu. Sudah sampai sebegitu jauhnya mereka berpikir tentang anaknya. Ke khawatiran ibu-ibu muda diatas sangatlah wajar dan manusiawi sekali.Karena saya pun sempat terlintas seperti itu. Apalagi saat saya baru saja menonton film kartun Al qomah sahabat Rasulullah yang sulit sekali meninggal hanya karena menyakiti hati ibunya. yang terlintas di pikiran saya, "Apakah anak saya akan lebih memilih istrinya dibanding saya seperti Al Qomah?"

Tapi saya yakin jika Allah menciptakan sesuatu itu tidak ada yang sia-sia. Termasuk anak yang diberikan kepada kita. Dibelakang sana Allah pasti punya banyak rencana baik untuk kita dari apa yang sudah Allah berikan ke kita.

Syukuri nikmat yang Allah berikan insya Allah akan Allah tambah nikmat kita. Itu sudah janji Allah dalam Al Qur'an.

Nah para ibu-ibu muda, jika kita selalu berpikiran positif kepada Allah, kenapa kita tidak rubah ke khawatiran kita dengan doa :

"Ya Allah, Jadikan saya dan pak suami, orangtua yang tidak menyusahkan anak dan cucu kami. Jadikan kami orangtua yang mampu memndidik anak-anak kami sesuai dengan keinginan-Mu, ya Allah. "

Mungkin hal tersebut akan menenangkan hati kita menjalani hidup ini dalam mendidik anak kita.

Tidak ada yang mampu merubah takdir di dunia ini kecuali doa dan usaha kita sendiri.

Ayo, pandai-pandai kita memilih.. Kita akan menjadi orangtua yang hendak mengeluh atau berdoa yang baik untuk masa depan kita sendiri? Hmmm... pilih yang mana ya?

Semoga Allah selalu bersama orang-orang yang mau memperbaiki diri. Amin


Read More

Maaf dan Terima Kasih

Monday, November 3, 2008

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sejak dulu aku ingin sekali membahas 2 kata yang untuk kebanyakan orang malas diucapkan. Dua kata tersebut adalah Maaf dan Terima Kasih. Bahkan 2 orang terdekatku pun enggan mengucapkan 2 kata itu. Meskipun ia tahu dirinya salah ataupun baru mendapatkan sesuatu.

taken by http://yolosoenjoy.blogspot.co.id

Padahal jika kita mau menelaah, 2 kata tersebut adalah kata yang paling ampuh untuk meluluhkan hati Allah. Allah sang pencipta dan yang menguasai kita. Yang mampu membalikkan dunia hanya dengan menjentikkan jari-Nya. Jangankan Allah, kita yang manusia biasa saja senang sekali jika ada yang berterima kasih ataupun minta maaf kepada kita. Ada perasaan bangga dan bahkan hati kita luluh mendengar 2 kata tersebut. Kecuali orang-orang yang berhati keras ya... wallahualam..

Allah bahkan menjanjikan, "Semakin kau bersyukur kepadaku, maka semakin Ku tambah nikmatmu" (Qs Ibrahim : 7) dan "Mohon ampunlah kau kepada-Ku" (ini ada hampir di setiap surat).
Tapi herannya, kenapa kita enggan sekali untuk mengucapkan 2 kata tersebut ya? Baik itu terhadap Allah ataupun kepada sesama kita.

Gengsi, alasan yang paling banyak diucapkan untuk pertanyaan diatas. Malah ada loh yang bilang sama aku, "Kalo aku minta maaf atau ngucapin terima kasih, aku nggak ada wibawanya"... waduh... sebegitu rendah kah untuk mengungkapkan kata-kata tersebut? Apalagi jika orang yang patut menerima 2 kata tersebut dari segi sosial ada dibawah kita.

Sungguh kasihan sebenarnya orang-orang yang beranggapan seperti itu. Mereka menyia-nyiakan ladang pahala dengan 2 kata tersebut. Aku bersyukur bekerja dilingkungan yang selalu menebarkan 2 kata tersebut, jadi aku terbiasa untuk mengucapkan hal itu tanpa diminta. Bahkan di tempat kerjaku tidak ada batasan yang tua ataupun yang muda, siapapun yang berbuat salah ia akan mengucapkan kata Maaf dan setiap kita mendapatkan sesuatu biasakan dengan ucapan terima Kasih.

Bagaimana dengan kalian? sudah terbiasakah mengucapkan 2 kata tersebut? Yuk, biasakan dari sekarang. Remember the target, make Allah smile. Semoga Allah selalu bersama orang-orang yang mau mencari hidayah. Aamiin.
Wassalam


Read More

Si Buta

Thursday, September 18, 2008

www.adeufi.com


Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum wr.wb.

Hmm, bulan Ramadhan ini aku banyak sekali mendapat pelajaran yang Allah berikan. Salah satunya dengan sakitku hari ini. Hari ini saat posting cerita ini aku dapat musibah sakit mata. Subhanallah, rasanya tak enak. Kalau sedang sujud semua sakit menumpuk dimataku dan nggak enak rasanya.

Read More

Siapkah Kita Menerima Kritikan?

Thursday, August 7, 2008

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Assalamu'alaikum wr. wb.

Tiga hari yang lalu aku ditelepon atasanku. Beliau mengabarkan bahwa ada orangtua murid yang complain dengan cara mengajarku. Orangtua murid itu bilang, bahwa semenjak dipegang oleh bu ade nilai komputernya turun, sedangkan waktu anaknya di kelas 1 - 3 nilai komputernya aman-aman saja. Beliau minta agar anaknya diperhatikan benar-benar samapai bisa.


Hatiku sakit dan aku marah. Menurutku kritikan yang disampaikan tidak benar. Nilai anaknya memang turun saat dikelas 4, tapi waktu dikelas 4 bukan aku yang ngajar, melainkan partnerku. Aku pegang anaknya saat di kelas 3 dan kelas 5. Nilainya baik semua, kecuali kelas 5 nilainya memang turun. Itu pun tidak jauh, yaitu dari 85 menjadi 72.

Karena ketidakbenaran tersebut, aku gerutu sepanjang hari. Konsentrasi mengajarku berantakan. Yang ada dalam pikiranku,"Apa salahku sih? Kok tega-teganya beliau mengadu hal nggak bener ke atasanku. Padahal selama ini, didepanku beliau baik2 saja.."

Read More