Yuk, Atur Uangmu, Tips Mengelola Keuangan untuk Anak

Friday, September 22, 2017



Bismillahirrahminrrahiim
Assalamu'alaikum wr.wb.

Mama kasih kamu duit 20rb sebulan. Cukup nggak cukup itu uang jajan kamu selama sebulan. Mama nggak akan kasih lagi.

Jeng jeng... itu perintah almarhumah mama, sakti banget loooh.

Sejak SMA saya diminta mama untuk mengatur uang yang diberikan mama selama sebulan. Awalnya saya menganggap hal tersebut adalah siksaan buat saya.

Sementara teman-teman lain dengan enaknya minta ke ortu kalau uang jajan mereka habis, sedangkan mama saya nggak mau tau kalau sudah habis. Boro-boro minta ditambahin, ngeliat wajah mama saja, saya nggak berani bilang kalau uang jajan yg dikasih itu habis. Bukannya mama saya kejam, saya males aja. Karena ngebayangin interview auditor dari mama itu loh yang susah untuk dilewati. Pasti adaaaa aja yang bisa buat beliau berceramah tentag keborosan saya. Dan itu berlaku sampai saya kuliah. Mama hanya memberikan uang secukupnya.


Kesiksa? Bangeeeet..
Untuk masa-masa remaja begitu, biasanya masih masuk masa dimana kita saling pamer branded. Mulai dari sepatu, tas dan printilan-printila lainnya. Jajan di restoran gaul serta masih banyak lagi yang lainnya. Kalau saya memang nggak akan tergiur sama barang-barang branded, tapi jangan coba-coba menggoda saya dengan makan di restoran. Bisa habis ludes duit jajan sebulan.  Dan menjadi siksaan buat saya karena dompet menipis, sedangkan suntikan dana masih jauh tanggalnya. ^_^


Efeknya, mau tidak mau, saya mulai mengatur keuangan saya sendiri sejak berlakunya uang bulanan tersebut. Awalnya saya seperti anak-anak lainnya, begitu pegang uang besar langsung deh menghambur-hamburkan kemana saja saya suka. Dan hanya berlangsung 1 - 2 minggu saja. selebihnya saya benar-benar harus irit seirit-iritnya.


Seperti yang saya tulis sebelumnya, jika uang jajan saya menipis saya enggan minta ke mama. Jadi ya mau nggak mau saya putar otak untuk menghemat sehemat-hematnya. Alasan lain yang membuat saya enggan untuk meminta uang tambahan, karena mama selalu terbuka dengan penghasilan yang papa dapat. Mulai dari memperlihatkan amplop gaji (jaman dulu nggak ada transfer gaji. Dan di amplopnya itu ada rincian tunjangan dan potongan pada gaji papa) hingga bonus-bonus apa yang papa dapat. Jadi kalaupun saya minta, saya sudah tau jawabannya apa.

Mungkin sudah takdirnya seorang wanita menjadi direktur keuangan di rumah tangganya sendiri. Jadi saya sudah membayangkan bagaimana pusingnya almarhumah mama dalam mengatur keuangan.


Akhirnya saya ubah pola mengatur uang jajan saya. Saya berhemat-hemat diawal dan uang jajan baru saya hambur-hamburkan 1 minggu sebelum tanggal saya diberikan lagi uang jajan. Dan berhasiiil.. dengan cara itu hidup saya lebih tentram sedikit. Walaupun kalau kita pikir-pikir sama saja. Hanya memindahkan waktunya saja. Namun dengan pola yan kedua ini saya justru bisa menabung.

Untuk sebagian orang didikan almarhumah mama tersebut terlihat aneh. Banyak ketakukannya, takut nggak cukup, takut nggak bisa ngatur uang, takut boros dan saat habis nggak tega kalau nggak ngasih. Tapi ternyata didikan almarhumah mama tersebut justru melatih anak mampu melewati zona Midle Trap. Apa sih Midle Trap itu?



Pada hari Sabtu, 9 sep 2017 lalu saya mendapat undangan dari Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) untuk ikut serta dalam Blogger Gathering tetang Edukasi Keuangan kita yang diselenggarakan oleh PT Sinarmas MISG  life di JSC Hive Coworking, Jakarta Selatan. Seminar edukasi dalam blogger gathering hari itu bertemakan Yuk, Atur Uangmu Smart Mom, Protect Your Family's Smile.


Pada kesempatan tersebut Bapak Aakar Abyasa Fidzuno, CEO/Founder of Jouska Financial, memberikan banyak ilmu tentang mengatur keuangan kita. Terutama untuk ibu-ibu yang menjadi Direktur Keuangan di rumahnya. Menurut Pak Aakar dalam kehidupan manusia ada 3 level kesejahteraan dari sudut pandang financial/keuangan yang bersinergi dengan teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow, yaitu :

Pak Aakar Abyasa Fidzuno

1. Zero Level Financial
Zero level ini bisa dibilang kita nggak punya harta sama sekali. Atau kita benar-benar baru merintis, baik itu sebuah usaha atau baru saja masuk ke kerja kantoran. Jika kita sinergikan dengan hirarki kebutuhan Maslow, Zero level ini adalam masa-masa orang mencari sandang pangan papan dan rasa aman dalam keuangannya.

2. Midle Level Financial
Pada level ini kita sudah diposisi mapan. Ya, mapan dalam finansial. Kalau boleh diberi julukan posisi ini masuk dalam level OKB a.k.a Orang Kaya Baru. Biasaya pada level ini banyak orang butuh penghargaan tinggi dan kasih sayang, karena sibuknya mereka dalam mengejar materi.


3. Wealthy Level Financial
Nah, kalau posisi ini posisi orang yang financialnya bisa dibilang sangat mapan dimana mereka dapat membeli segala barang branded harga ratusan bahkan milyaran rupiah tanpa harus berhutang (nyicil kartu kredit). Julukan yang pas OKB juga, tapi bukan Orang Kaya Baru, melainkan Orang Kaya Beneran. Untuk level ini pada hirarki kebutuhan Maslow hanya membutuhkan satu hal, yaitu aktualisasi diri.

hirarki  Maslow
"Nah, Kebanyakan orang Indonesia terjebak dalam Midle Level Financial," ujar owner Janus.Id ini. Kenapa? Semua berawal dari 2 kata yang menjerumuskan yaitu "Gaya Hidup".

Gaya hidup bukan hanya milik orang-orang yang memang memiliki penghasilan, anak-anak remaja yang masih "nadah" uang jajan dari orangtuanya saja memiliki gaya hidup tersebut. Punya uang sedikit langsung dihambur-hamburkan untuk beli barang yang branded-nya menyesuaikan penghasilan. Bahkan terkadang mereka rela untuk mencicil, demi eksis dalam gaya hidup dilingkungannya. Hmm...

Orang-orang yang masuk dalam Midle Trap Financial kelihatan dari luar seolah memiliki harta melimpah dan mapan, namun setelah ditelusuri harta kekayaannya justru nihil. Bahkan ada yg minus alias banyak hutang dimana-mana. Karena memang mereka mengejar materi untuk tutup lubang gali lubang. Itu sebabnya mereka terjebak di Midle Level terus, bahkan mungkin bisa kembali ke Zero level.

Dan bukan hal yang aneh, jika ini adalah penyebab Midle Level mengalami kenaikan aset yang lambat. Ketika penghasilan naik, pengeluaran tersiernya naik berkali-kali lipat. Seperti liburan, staycation, shopping, fancy dining, semua dijadikan alasan sebagai dana mengurangi stress setelah kerja

Selama pengeluaran tersier itu tidak mengorbankan dana darurat, dana pendidikan anak, dana pensiun dan dana-dana lain yang lebih penting, nggak akan jadi masalah. Namun pada kenyataannya tidak.

Orang-orang yang berhasil mencapai Wealthy Level Financial adalah orang-orang yang mampu mengatur keuangannya dan punya prinsip untuk tidak mudah tergiur dalam gaya hidup diluar batas kemampuan dan tidak mengganggu keuangan mereka. Mereka adalah orang-orang yang berpikiran kedepan dalam mengembangkan financialnya.

Bagaimana kita bisa terlepas dari Midle Trap Financial?
Mengelola keuangan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua butuh proses. Karena mengelola keuangan akan berhubungan dengan merubah gaya hidup. Agar kelak dimasa kita bisa memiliki penghasilan sendiri, kita tidak masuk kedalam Midle Trap Financial, maka kita perlu melatih anak-anak kita sejak mereka masih usia sekolah.

Saya mencoba merangkum cerita-cerita Pak Aakar tentang client-nya menjadi sebuah tips untuk melatih anak-anak kita dalam mengelola keuangan. Berikut tipsnya :

  • Beri uang jajan bulanan.
Sebagaimana kita sebagai karyawan yang mendapat gaji bulanan, maka perlakukan anak seperti halnya apa yang didapat oleh ayahnya. Tentunya kita tidak memberikannya sekaligus untuk 1 bulan. Melainkan berikan secara bertahap. Pertama kita berikan uang jajan harian, lalu kita coba memberikannya 2 hari. Lihat prosesnya dalam seminggu. Jika anak mampu melewati uang jajan per 2 hari, maka tambah menjadi 3 hari, sambil dipantau kesanggupannya dalam jangka waktu seminggu. Jika anak mampu melewati tahahan per 3 hari, maka tambah jadi uang mingguan, hingga pada level uang jajan bulanan.

  • Terbuka tentang penghasilan kita.
Seperti yang dilakukan oleh almarhumah mama, ternyata juga disarankan oleh Pak Aakar, yaitu adanya keterbukaan dalam financial. Jika Pak Aakar menjelaskan agar keterbukaan financial itu antar suami istri, maka dalam hal ini coba diterapkan kepada anak-anak kita.

  • Ajak anak bersama-sama membuat rincian uang keluar dan uang masuk.
Mengajarkan anak mencoba disiplin menyalin keluar masuknya uang yang digunakan, melatih anak berpikir tentang konsep ke depan. Hal ini bisa diterapkan kepada anak saat menerima uang jajan bulanan dari kita. Kita ajak anak membuat catatan kecil tentang uang masuk dan uang keluar. Tidak mudah memang dan butuh kesabaran untuk hal ini, kita sebagai orang tua harus rajin mengingatkannya.

  • Menyisihkan uang untuk ditabung.
Jika kebanyakan orangtua mengajari untuk menabung sisa jajan mereka, kini kita ajarkan yang berbeda. Kita ajak anak untuk menabung diawal sebelum menggunakan uang jajan bulanan tersebut. Jika anak sudah terlatih menulis rincian uang keluar masuknya, maka anak akan dengan mudah bisa menentukan berapa besar uang yang harus ia tabung.


  • Menyisihkan uang untuk sedekah.
Mengajari anak untuk bersedekah bukan sekedar membantu ia mengelola keuangan, melainkan kita mengajarkan keimanan tentang kebesaran Allah yang Maha Kaya. Bahwa dengan bersedekah kita mampu memperbanyak uang kita yang datangnya dari Allah dan dari hal-hal tak terduga.

  • Buat peraturan bersama masalah keuangan (reward and punishment)
Ada baiknya sebelum memberikan uang jajan bulanan, kita buat kesepakatan dengan anak dalam bentuk tertulis perihal reward and punishment. Hal ini dibuat untuk menghindari anak berbuat curang atau tidak jujur. Untuk urusan uang itu sangat sensitif, secara tidak langsung kita melatih anak akan pentingnya surat perjanjian tertulis masalah keuangan. Contoh peraturannya: tidak ada penambahan uang dalam bentuk apapun diluar tanggal pemberian uang bulanan. Ini contoh yaaa...
Dengan mengajak anak membuat peraturan bersama, akan menghindari anak merengek karena tertekan dengan aturan kita. Dan anak bisa menghargai kesepakatan yang ia buat dengan sendirinya.

Nah, ke 6 tips tersebut juga bisa kita gunakan dikehidupan sehari kita sebagai orang dewasa. Hanya saja ada tambahan dari Pak Aakar, yaitu membuat ART (anggaran rumah tangga) yang mana dikelompokkan menjadi dana khusus diluar dana kebutuhan sehari-hari. Berikut ada 4 pengelompokan dana yang wajib kita tentukan untuk membuat anggaran keuangan pribadi kita atau rumah tangga, yaitu :

1. Dana darurat
Anggarkan dalam keuangan kita untuk dana darurat. Dana darurat fungsinya serupa dengan menabung, namun bedanya hanya tempat penyimpanannya. Jika dana darurat dimasukkan rekening yang sewaktu-waktu bisa diambil. Sedangkan tabungan yang hanya bisa dicairkan dalam waktu berjangka.

2. Dana Bisnis/Investasi
Masukkan dalam anggaran dana bisnis. Dana ini berfungsi suatu saat kita dalam kondisi jobless atau masa pensiun. Bisa kita gunakan untuk investasi jangka panjang. Saran Pak Aakar, "Lebih bagus jika bisnis sudah dirintis minimal lima tahun menjelang pensiun. Jadi, masa coba-coba sudah dilewati. Jangan terlalu percaya diri, karena bisnis akan melewati prosesnya sendiri. Jika tidak bisa berbisnis sendiri, cari mitra. Ingat, Anda harus tetap terlibat. Jangan pasrahkan pada orang lain. Sebab tujuan bisnis ini demi menjaga Anda tetap produktif."

3. Dana Sosial
Seperti yang saya tulis dalam tips mengelola keuangan pada anak, maka dana sosial pada orang dewasa pun harus kita sisihkan. Semakin banyak kita berikan makin besar yang didapat. Kok bisa? hanya matematika Allah yang mampu menjawabnya. Dan menurut Pak Aakar, dana sosial bukan sekedar dibagikan ke panti asuhan, dll. Tapi menjadi donatur kursus gratis, biaya ongkos untuk memberikan pelatihan gratis, dll.

4. Dana kesehatan
Kita tahu bahwa di Indonesia biaya kesehatan itu mahal harganya. Mungkin untuk pekerja kantoran, dana kesehatan itu sudah ditanggung oleh perusahaan berupa asuransi atau berupa jatah rembeursment . Namun beda hal jika penghasilan kita dari hasil wiraswasta, kita harus menyisihkan dana khusus untuk kesehatan. Jadi sewaktu-waktu kita mengalami sakit atau kecelakaan kita punya dana khusus untuk pengobatan.


Dari penjelasan Pak Aakar Abyasa Fidzuno di KEB Gathering saat itu, kini saya mulai paham manfaat yang almarhumah mama berikan kepada kami anak-anaknya. Semua yang dilakukan almarhumah mama seolah dikuatkan dengan penjabaran dari Pak Aakar. Dan ilmu itu pastinya akan saya terapkan ke anak-anak saya.
KEB dan Pak Aakar Abyasa (Foto dok Mba Irma)

Nah, ilmu sudah kita dapat, tinggal prakteknya. Lalu tunggu apalagi? Mulai sekarang #YukAturUangmu untuk masa depan yang lebih cerah dan selalu #SmileWithMe. Being a smart mom, protect your family's smile. 

Wassalam




Post a Comment

Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya "unknown" langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^