Pemenuhan Hak Kesehatan Anak berawal dari Keluarga

Wednesday, August 23, 2017


Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum wr. wb.

Disaat kita memiliki anak, maka kita harus mempersiapkan segalanya dalam mendidik dan membesarkannya. Anak itu adalah aset buat kita, baik dunia dan akhirat. Setiap anak yang terlahir di dunia ini adalah fitrah, bersih dan orangtua lah yang kelak menjadikan bagaimana dia di masa yang akan datang. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah bahwa

Tidaklah seorang yang dilahirkan itu kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi (HR Muslim)

Dan pemerintah pun ikut peduli dalam masa tumbuh kembang anak ini. Karena Indonesia akan menjadi seperti apa kelak bergantung dengan generasi-generasi penerusnya. Semua bisa dibentuk berawal dari anak-anak. Apalagi saat ini pemerintah banyak menyebar informasi tentang nutrisi yang baik bagi anak lewat seminar-seminar kesehatan dan parenting. Karena pemerintah punya target untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Seperti seminar yang saya ikuti kali ini.


Dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 7 Agustus 2017, saya menghadiri undangan dari Blogger Crony Community (BCC) agar mengikuti Diskusi Publik yang bertema Pemenuhan Hak Kesehatan Anak untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045 : Upaya Promotif dan Preventif Mencegah Masalah Malnutrisi Pada Anak. Acara diskusi memang disiapkan untuk para praktisi anak, komunitas, dan juga media. Dengan penggagas acara dari YAICI, acara ini digelar di aula utama gedung A Kemendikbud.

Sebelum memulai isi acara saya mau kenalkan dulu penggagas acara ini. Ya, acara ini diprakasai oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI). YAICI merupakan lembaga mandiri yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan dan kesehatan di Indonesia. Fokus utama yang dilaksanakan YAICI adalah mendukung program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalui, pembelajaran, pendampingan, pemberian pelatihan serta pengetahuan kepada masyarakat dengan metode kreatif dan inovatif. Abhiparaya sendiri mempunyai arti harapan, dimana lembaga ini berharap nantinya bisa menumbuhkan anak-anak Indonesia yang cerdas dan berbudi luhur. (source : www.yayasanabhipraya.or.id). Karena kepeduliannya terhadap kesehatan anak YAICI bekerjasama dengan pemerintah mengadakan diskusi publik ini.

goodie bag dari YAICI

Tepat pukul 13.00 WIB acarapun dimulai, yang diawali oleh penampilan dari anak-anak SD Cugenang Gifted Boarding School Cianjur. Mereka adalah anak-anak yang diundang pemerintah karena memiliki IQ diatas 130. Anak-anak ini membawakan drama singkat bagaimana pentingnya nutrisi dan pola asuh orangtua terhadap keberhasilan dan kecerdasan anak. Dengan gaya kekanakannya dan sedikit dialog-dialog lucu membuat penampilan mereka begitu menarik dan segar.

Pemenuhan hak kesehatan anak 2017
Penampilan SD Cugenang Gifted Boarding School Cianjur
Selesai penampilan dari anak-anak SD Cugenang Gifted Boarding School Cianjur, materi diskusi pun dimulai. Dibuka oleh nara sumber pertama, yaitu dr. Leny Nurhayati Rosalin dari Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak. Ibu Leny mengatakan bahwa keluarga adalah yang pertama dan utama dalam mendidik anak. Karena anak yang bahagia berasal dari keluarga yang bahagia. Anak yang baik berasal dari pola asuh orangtua yang baik, anak yang sehat dan cerdas berawal dari pemberian nutrisi yang baik dari orangtua. Intinya anak yang tumbuh kembangnya baik, berawal dari keluarga yang ramah pada anak. Sedangkan menurut dr. Lenny, berdasarkan data yang ada di pemerintah dari 87 juta anak Indonesia hanya 65 juta yang mempunyai keluarga ramah anak. Dan pemenuhan hak kesehatan bagi anak itu berawal dari keluarga dan lingkungan yang ramah anak.

Ibu Lenny Nurhayanti R.
Bicara soal nutrisi yang baik, Indonesia termasuk salah satu dari 17 negara yang masih punya 3 masalah nutrisi pada anak, yaitu anak kurus, anak pendek dan obesitas. Hal ini disampaikan oleh Dr. Eni Gustina MPH, Direktur Kesehatan Keluarga KeMenKes RI. Data bayi yang BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) ada 11%, sedangkan bayi yang stunting (pendek) sekitar 29%. Untuk anak-anak yang obesitas, dikarenakan kurangnya makan sayur. Dari 87 Juta anak Indonesia hanya 8% yang mau makan sayur, sisanya suka sekali makan junk food.

Ibu Eni Gustina MPH

Dr.dr.TB Rachmat Sentik, SpA MARS, anggota Satgas Perlindungan Anak dan UKK Tumbuh Kembang IDAI, mengingatkan kita untuk terus mengkontrol 3 hal penting sejak bayi lahir. Tiga hal tersebut adalah : berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala bayi. Karena dari 3 hal tersebut kta bisa mengetahui bayi bergizi sehat atau tidak. Pengukuran 3 hal tersebut sudah diberikan saat bayi lahir oleh dokter. Mau lahir dimanapun ibu wajib minta buku KIA.

Dokter TB Rahmat Sentik

Bukan cuma pertumbuhan struktur dan ukuran fisik saja yang dipantau tapi perkembangan fungsi dan kemampuan fisik, seperti penglihatan, pendengaran, motorik kasar, motorik halus, personal sosial, bicara bahasa, kecerdasan, prilaku, dll.

Salah satu penyebab anak tidak mendapatkan asupan gizi seimbang adalah maraknya iklan-iklan ditelevisi yang menyesatkan dan berita-berita hoax yang diterima mentah-mentah oleh masyarakat awam tanpa diteliti lebih dulu kebenarannya. ~ Dr. Eni Gustina MPH ~

Anak memang lebih mudah menyerap informasi secara visual, oleh sebab itu dalam diskusi kali ini dihadirkan Ibu Dewi Setyarini dari Komisi Penyiaran Indonesia Pusat. Karena sebagian besar penonton televisi adalah anak-anak, maka KPIP perlu menegaskan perlindungan anak akan tayangan televisi yang tidak baik untuk anak. Contohnya banyak tayangan iklan makanan yang kandungan gizinya justru membahayakan nutrisi pada anak-anak.

Ibu Dewi Setyarini

Maraknya iklan dan tontonan yang berimbas negatif untuk anak-anak sebenarnya telah diupayakan KPI untuk tidak ditayangkan di jam-jam tontonan anak-anak. Menurut Dewi Setyarini dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), KPI semaksimal mungkin telah mengatur jam tayang. Namun untuk iklan makanan/minuman, KPI tidak bisa mengontrol kandungan makanan apa saja yang ada di dalam tayangan iklan tersebut. KPI perlu bantuan orangtua yang juga mampu memfilter.

Pada sesi tanya jawab, para praktisi anak berharap bukan sekedar orangtua, dan pemerintah saja yang peduli akan malnutrisi yang ada dilingkungan kita, namun pihak swatsa, terutama produsen-produsen makanan yang sering tayang di televisi. Tidak ada lagi pembodohan publik melalui iklan yang tayang di media elektronik.

Ya, untuk tumbuh kembang dan perhatian nutrisi harus diawasi semua pihak. Namun 1 penting yang saya tangkap dari diskusi ini adalah peran orangtua. Semua itu berawal dari orangtua. Sesuai dengan yang Rasulullah katakan. Islam benar-benar detail memperhatikan umatnya.

So, duhai para orangtua dan calon orangtua, yuk perbanyak ilmu kita dalam mendidik anak, baik ilmu dunia ataupun agama. Agar hak-hak anak termasuk hak kesehatannya, bisa mereka dapatkan dengan baik. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu medapat ilmu yang bermanfaat ^_^
saya bersama teman-teman dari BCC
Foto dokumen pribadi Mba Wardah Fajri

Wassalam

Post a Comment

Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya "unknown" langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^