Tunggu kami disana ya, Nak!

Thursday, March 3, 2016

www.adeufi.com

Wow, ga berasa sudah 2 tahun nggak update blog. Dan skrg masuk tahun ketiga.
Ya, semenjak saya hamil anak kedua, saya sudah agak malas untuk menulis di blog. Selain cepat lelah, saya juga sibuk memproduksi pakaian jadi untuk dijual. Karena saya sudah tidak lagi menjadi guru tetap di SDI Dian Didaktika

Hampir tiap minggu saya pasti bolak balik ke Tanah Abang dengan perut membuncit. Berusaha tetap menghasilkan uang dengan kreasi sendiri. ^_^

Hmm... apa yang ingin saya ceritakan ya?
Mungkin saya mau bercerita ini saja. Untuk menjadi kenanganku sepanjang hidup.

Tahun 2014 Allah kasih kepercayaan aku memiliki anak yang kedua, setelah 9 tahun menunggu. Dan anakku diprediksi lahir di bulan Januari 2015. Bahagia sekali rasanya. Apalagi saat di USG berkali-kali dokter SPOGnya bil kalau kelaminnya perempuan. Ah, pas banget. Namun Allah berkehendak lain. Allah tidak ijinkan ia hidup lama di dunia. Ia harus disimpan di surga, untuk nantinya menjemputku disana.

Inilah ceritaku saat melahirkan FIRZANAH NUR ABIDAH HASAN, si cantik anak keduaku.

Banyak yang bertanya "kenapa Firza meninggal?"
Baik saya jawab disini ya..

Kehamilan saya selama pemeriksaan selalu baik dan normal. hasil usg juga selalu bagus. Kalaupun ada masalah, karena Firza diusia 35 mgg masih belum mencapai 2.5kg. Semua karena saya sempat nge-rem makan, khawatir melihat selama 8 bulan berat Firza selalu di garis limit atas bb debay. Tapi akhirnya bisa mencapai bb normal kembali.

Sampai pas diusia 38 mgg saya kontrol seperti biasa di klinik dimana dokter yang membantu Fikri lahiran, praktek disana. Ketika hendak periksa lab, saya ke kamar kecil melihat ada flek. Maka dokter pun menyarankan agar saya tidak pulang lagi dan observasi mulesnya.
Alhamdulillah mules dan kontraksi berjalan normal walau geraknya lamban sekali. 10 jam hanya sampai pembukaan 6. Tapi dokter masih bilang bisa normal. itupun tanpa induksi.

Hingga tiba di pembukaan 7 hendak ke 8, saya merasa seperti ada yang mengalir keluar. Saya tanya dengan suster yang menjaga, "Itu apa, Sus?" Suster menjawab, "Darah, Bu," tanpa ekspresi panik atau yang membuat saya panik. Saya hanya berpikir mungkin itu wajar, namanya orang lahiran pasti keluar darah. Ternyata saya salah. Karena setelah menjawab pertanyaan saya, suster langsung menelepon dokter dan dokter pun lansung datang. Padahal diawal saya mules, bidan dan suster jaga saat itu bilangbahwa dokter hanya akan datang kalau sudah pembukaan 9. Nah, ini kok baru 7 sudah datang.Memang proses pembukaan dari 7 - 10 itu berjalan dengan cepat. Tidak 1 jam 1 pembukaan, seperti pembukaan 6 kebawah.

Dokter dan suster juga bidan sibuk mempersiapkan alat-alat untuk melahirkan. Dan belum sempurna 10 dokter sudah minta saya untuk ngeden (apa ya bahasa kedokterannya. Kok, ya ga enak nulisnya ya bahasa ini hehe) mengeluarkan bayi. Seharusnya hal tersebut adalah hal yang janggal. Namun karena ketidaktahuan saya, saya anggap itu biasa saja. Bahkan saya malah senang, karena rasa sakit kontraksi akan segera hilang.

Hanya butuh waktu 3 menit dari keluarnya darah hingga Firza lahir ke dunia ini. Begitu Firza keluar, Firza langsung diletakkan di perut saya. Tapi Firza tidak menangis, walaupun sudah di sedot lendir lewat hidung dan mulut. Karena tidak menangis juga, akhirnya dokter memutuskan untuk mengerjakan yang lain, yaitu menggunting tali pusat Firza. Ekspresi dokter saat itu membuat saya bertanya-tanya, dokter terlihat kaget sekali saat ia mengambil tali pusat tersisa. Dokter mengambil tali pusat tersisa hanya dengan menggunakan gunting capit dan plasenta ikut dengan mudahnya. Padahal saat Fikri, plasenta itu dikeluarkan dengan tangan suster yang masuk kedalam untuk mengambilnya. Bahkan ada yang bercerita sang ibu harus ngeden kedua kalinya mengeluarkan plasenta denga perut dibantu diurut perlahan agar plasenta terlepas dari dinding rahim.

Dokter langsung bilang, "wah, kok plasenta ikut? ini solusio plasenta nih.. plasentanya pasti copot dulu di dalam"

ah, mulailah dokter menyelamatkan Firza. Dari disedot lendir lewat hidung dan mulut, diberi nafas buatan, dipukul-pukul kakinya dan diberi oksigen, Firza tetap tidak nangis. Selama pertolongan itu dokter obgyn meminta dokter anak datang. Sayangnya tidak ada dokter anak yang stand by. Alhamdulillah setalah menunggu selama 1 jam dokter anak pun datang.

DSA langsung minta untuk cari RS yang ada kamar nicunya. Namun kami diuji lagi kesabarannya, karena semua RS yang ditelepon oleh suster jaga, mengatakan "penuh" saat ditanya kesediaan kaman nicu.Jantung Firza yang masih berdenyut normal saat ditangani dokter obgyn, akhirnya perlahan menurun, karena menunggu kamar nicu yang kosong. Saya sempat memanggilnya. Dan sempat ada tangis sedikit saat saya berkali-kali memanggilnya, namun Firza kembali terdiam. Hingga akhirnya tidak ada lagi denyut jantung Firza dan DSA mengatakan bahwa anak saya sudah tiada.

Saya sempat bertanya kepada dokter obgyn disaat Firza dipegang DSA dan menangani saya. Pertanyaan saya, "Dok, kenapa bisa copot?" Dokter menjawab bahwa peristiwa copot plasenta itu sangat jarang terjadi pada proses persalinan. Jadi beliau tidak bisa memprediksi kenapa bisa copot. Banyak kemungkinannya. Dari 10 pasien paling hanya 1 yang mengalami hal tersebut. Mendengar jawaban dokter obgyn dengan kata "jarang", hati saya langsung pasrah bahwa saya dipilih Allah untuk menerima peristiwa tersebut. Itu takdir Allah buat saya. Walaupun Firza saat itu masih memiliki denyut jantung.Saya hanya yakin bahwa tak ada pilihan Allah yang jelek buat hambaNya. Termasuk untuk saya dan suami.

Firzanah Nur Abidah Hasan lahir pd tgl 17 jan 2015 pukul 23.40 wib dan meninggal di tgl 18 jan 2015 pukul 01.40 wib.

Tunggu Kami disana ya, Nak! We love u.

Post a Comment

Aduuuh ma kasih yaaa komentarnya. Tapi mohon maaf, buat yang profilnya "unknown" langsung saya hapus. Semoga silaturahmi kita selalu terjaga walau lewat dumay. Selamat membaca tulisan yang lainnya ^_^